Jateng
Senin, 4 Desember 2023 - 20:04 WIB

Data BPS, Jumlah Petani Milenial di Jateng Masih Minim

Imam Yuda Saputra  /  Newswire  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi panen padi (JIBI/Solopos/Antara/Siswowidodo)

Solopos.com, PURWOKERTO  — Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Dadang Hardiwan, mengaku jumlah petani milenial yang berusia 19-39 tahun di wilayah Jateng tergolong masih minim. Oleh karenanya, perlu adanya suatu dorongan dan motivasi kepada generasi muda untuk bergerak di sektor pertanian untuk regenerasi.

“Banyak lo, petani-petani milenial yang berhasil. Nah, itu yang sebetulnya bisa untuk keberlanjutan karena kalau yang tua-tua terus ini, yang akan mengurus siapa,” kata Dadang seusai menggelar konferensi pers Diseminasi Hasil Sensus Pertanian (ST2023) Tahap I Provinsi Jawa Tengah di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin (4/12/2023).

Advertisement

Berdasarkan data BPS atau Hasil Sensus Pertanian itu diketahui jumlah petani milenial di Jateng atau yang berusia 19-39 tahun mencapai 625.807 orang. Jumlah ini baru sekitar 14,86 persen dari total petani yang ada di Jateng yang mencapai 4.211.996 orang.

Jumlah petani milenial ini terbanyak ada di wilayah Grobogan, yang mencapai 54.175 orang. Kemudian di Banjarnegara, mencapai 37.613 orang dan Cilacap dengan jumlah mencapaai 36.036 orang.

Sedangkan jumlah petani milenial paling sedikit ada di wilayah Kota Solo, sekitar 185 orang. Kemudian Kota Magelang dengan 376 orang dan Kota Salatiga, sekitar 661 orang.

Advertisement

Dadang menambahkan jika dilihat dari kelompok umur, justru petani berusia 55 tahun ke atas yang jumlahnya terus bertambah dibandingkan yang berusia muda. Oleh karenanya, ia pun berharap adanya dorongan atau motivasi agar generasi muda, terutama di wilayah Jateng, untuk mau berkerja di sektor pertanian.

Selain petani milenial, Sensus Pertanian 2023 di Jateng juga menyoroti isu terkait urban farming. Menurut Dadang, urban farming banyak dilakukan di daerah perkotaan yang memiliki keterbatasan lahan, namun tidak menjadi halangan untu berusaha di sektor pertanian.

“Urban Farming ini ‘kan juga bagian dari keterbatasan lahan, tetapi tidak menjadi halangan atau hambatan untuk berusaha di sektor pertanian,” katanya menjelaskan.

Advertisement

Menurut dia, hal itu juga banyak dilakukan di daerah-daerah perkotaan yang terdapat keterbatasan lahan dengan memanfaatkan lantai atas untuk bercocok tanam menggunakan polybag maupun hidroponik.

“Itu juga salah satu yang menjadi catatan di Sensus Pertanian 2023, termasuk juga penggunaan pupuk. Ini nanti akan bisa dilihat data yang lebih detail untuk menjawab isu-isu strategis yang sekarang ini,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif