SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi upaya pencegahan demam berdarah dengan fogging (JIBI/Solopos/Antara/Dedhez Anggara)

Demam Berdarah di Semarang telah banyak menjangkiti warga.

Semarangpos.com, SEMARANG – Penderita penyakit demam berdarah (DBD) di Kota Semarang hingga akhir Februari ini terus mengalami peningkatan. Meski demikian, Dinas Kesehatan Kota (DKK) Kota Semarang menilai jumlah penderita DBD itu masih wajar hingga belum perlu dinyatakan sebagai keadaan luar biasa (KLB).

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

Dari data yang diterima Semarangpos.com, selama Januari hingga Februari ini sudah ada sekitar 224 warga Semarang yang terserang DBD. Mereka semua dirawat di beberapa rumah sakit, seperti RSUP dr Kariadi, RSUD Kota Semarang (Ketileng), RSUD Tugurejo, hingga RS St. Elisabeth Semarang.

Meski demikian, Kepala DKK Semarang, Widoyono, mengaku jumlah tersebut masih terbilang normal hingga belum perlu ditetapkan KLB.

“Jumlah ini masih terbilang sedikit. Tolak ukurnya adalah jumlah penderita DBD tahun 2015 lalu. Saat itu, pada bulan Januari saja jumlah penderita DBD sudah mencapai 348 orang. Tahun ini, sepanjang Januari 2016, tercatat penderita yang mengalami DBD di Semarang sekitar 104 orang,” terang Widoyono saat dijumpai Semarangpos.com di Kantor DKK Semarang, Selasa (23/2/2016).

Meski belum menetapkan KLB, Widoyono tetap meminta masyarakat untuk tetap waspada dalam menanggulangi penyebaran DBD. Upaya itu antara lain yakni dengan terus menjaga kebersihan dengan melakukan gerakan 3M plus, yakni menguras penampungan air, mengubur barang bekas dan menutup tempat penampungan air serta menghindari gigitan nyamuk.

Untuk menghindari gigitan nyamuk, Pemkot Semarang bahkan telah menginstruksikan seluruh pelajar dari tingkat SD hingga SMP di Semarang dengan menggenakan celana panjang saat bersekolah.

“Sekarang sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa di kolong-kolong bangku sekolah banyak ditemukan nyamuk. Oleh karena itu untuk menanggulangi gigitan nyamuk demam berdarah, maka kami wajibkan siswa, terutama yang SD dan SMP untuk mengenakan celana panjang. Cara ini terbukti efektif untuk menanggulangi penyebaran DBD hingga 20%,” imbuh Widoyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya