Jateng
Kamis, 7 Juli 2022 - 07:01 WIB

Deretan Bus Bumel yang Pernah Berjaya di Semarang, Ada yang 300 Unit

Imam Yuda Saputra  /  Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kursi penumpang di bus. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Bus bumel merupakan salah satu moda transportasi yang menjadi pilihan kalangan menengah ke bawah. Sempat berjaya di era 1990-an, nasib bus bumel saat ini mulai terpinggirkan. Berikut deretan bus bumel di Kota Semarang yang pernah merasakan masa keemasan.

Dalam dunia transportasi, bus bumel merupakan istilah yang disematkan kepada bus ekonomi. Bumel merupakan akronim dari mlebu kumel dalam bahasa Jawa yang berarti masuk kumal. Hal itu dikarenakan bus bumel tidak memiliki fasilitas layaknya bus patas atau cepat terbatas, yang biasanya ber-AC.

Advertisement

Kendati demikian, di era 1990-an, bus bumel menjadi pilihan favorit bagi masyarakat umum, termasuk di Kota Semarang. Hal ini menyusul belum banyaknya bus-bus yang memiliki fasilitas mewah seperti Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Semarang, Bambang Pranoto Purnomo, mengatakan pada era 1990-an ada tiga bus bumel yang sempat berjaya. Namun nasibnya kini mulai terpinggirkan menyusul banyaknya moda transportasi umum di Kota Semarang seperti angkutan kota, BRT Trans Semarang, feeder, hingga jasa transportasi online.

Ketiga bus bumel yang pernah berjaya di Kota Semarang itu adalah PO Umbul Mulyo, PO Semeru, dan Shima. “Mereka pernah berjaya di era 1980 hingga 1990-an. Terutama bus Umbul Mulyo. Kepemilikannya satu pengusaha. Saat itu bahkan bisa punya 300-an bus. Nomor dua, Semeru dan Shima yang memiliki dua trayek di Genuk-Pudakpayung dan Mangkang-Pudakpayung. Lainnya, biasanya milik gabungan dua pengusaha atau lebih,” jelas Bambang saat dijumpai Solopos.com, Rabu (6/7/2022).

Advertisement

Baca juga: Deretan Bus Bumel Semarang-Jogja: Bodi Aduhai, Satset di Jalan Berliku

Bambang menyebut pada masa jayanya itu, satu bus mampu menghasilkan pendapatan sekitar Rp300.000 per hari. Meski demikian, memasukki era 2000-an banyak perusahaan otobus yang mengoperasikan bus bumel sudah tidak kuat beroperasi.

“Mulai 2005 itu banyak yang mati suri. Tahun 2012 mulai kembali banyak yang terlihat. Sekarang, tahun 2022 sudah hilang. Baik bus reguler seperti Damri maupun yang milik swasta perorangan sudah tidak ada lagi. Puncaknya ya pas pandemi Covid-19,” jelasnya.

Advertisement

Bambang mencontohkan di era tahun 1990-an jalur Mangkang-Plamongan di Semarang bisa dilalui sekitar 120 unit bus bumel. Namun saat ini, rute tersebut telah dikuasai Bus Trans Semarang.

Baca juga: Dishub Jateng : BRT Trans Jateng Bukan Pesaing Bus Bumel

Sebagaimana diketahui, bus bumel merupakan transportasi bus yang digunakan penumpang untuk rute jarak dekat. Bus ini sering menampakkan pemandangan naik turun penumpang per meter.

Secara tampilan fisik, bus bumel biasanya merupakan bus-bus tua dengan kondisi bodi yang lusuh dan tampak tidak terawat. Bus bumel biasanya punya konfigurasi jok tiga hingga dua penumpang, sehingga mampu memuat penumpang lebih banyak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif