Solopos.com, WONOSOBO — Dataran Tinggi Dieng atau Dieng Plateau adalah kawasan wisata di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang menyimpan sejuta pesona. Kawasan yang dikelilingi perbukitan ini diyakini sebagai tempat persemayaman para dewa dan lelembut. .
Dihimpun dari Wikipedia, Rabu (2/2/2022), Dataran Tinggi Dieng secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Batur dan sebagian Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara; Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo; dan bagian selatan dari Desa Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang dengan inti kawasan wisata berada pada wilayah Desa Dieng Kulon (Banjarnegara) dan Desa Dieng Wetan (Wonosobo).
Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar
Kawasan ini berada di ketinggian 1.600-2.100 meter dari permukaan laut (mdpl) menuju lembah Sungai Serayu. Suhu udara di kawasan ini berkisar 12-20 derajat celcius di siang hari dan pada pagi hingga malam hari bisa mencapai 6-10 derajat celcius. Bahkan pada peralihan musim, tepatnya pada Juli dan Agustus, suhu udara dapat mencapai 0 derajat celcius di pagi hari hingga menghasilkan bunga es yang mirip seperti salju. Warga setempat menyebutnya sebagai bun upas (embun racun) karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Baca juga: Savana Dieng, Padang Rumput Khas Afrika dengan Kearifan Lokal
Nama Dieng
Selain kondisi alam, Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo juga dikenal dengan mitos yang berkembang di masyarakat. Dilansir dari wonosobokab.go.id, Rabu (2/2/2022), nama Dieng berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu Die Hieyang (Edi dan Aeng) yang berarti indah dan langka.
Kata Die Hieyang ini dipecah menjadi tiga suku kata, yaitu “Die” memiliki arti sebagai ardhi, redi, wukir, dan arga yang berarti gunung atau tempat tinggi yang misterius, indah, dan sempurna. Sedangkan “hyang” memiliki makna gaib, dewa, roh leluhur dan sesuaitu yang bersifat ilahiah. Sementara “Hayang” berarti tempat kediaman mahkluk-mahkluk astral atau ilahiah tersebut. Dari definisi tersebut, Plato Dieng diyakini sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan mahkluk gaib.
Bocah Gimbal Dieng
Mitos yang ada di Dataran Tinggi Dieng ini semakin jelas dengan keberadaan anak-anak yang berambut gimbal. Berdasarkan keyakinan masyarakat setempat, anak-anak berambut gimbal ini adalah titipan Nyai Dewi Roro Rence, Abdi Dalem Pantai Selatan yang dikuasai oleh Nyi Roro Kidul. Konon, rambut mereka akan dipangkas sesuai keinginan sang anak. Bahkan saat akan memangkas, ada serangkaian ritual yang harus dilakukan.
Baca juga: Unik! Embun Upas Muncul di Dieng pada Awal 2022, Ini Penjelasan BMKG
Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah orang tua dari sang anak berambut gimbal harus menuruti permintaan apapun dari sang anak. Setelah tahap ini selesai masih harus ada beberapa tahap berikutnya hingga berakhir pada pemotongan rambut yang nanti rambutnya akan dilarung ke pantai Selatan untuk dikembalikan kepada sang pemilik rambut, yaitu Nyai Dewi Roro Rence
Dalam prosesi pelarungan rambut itu juga diikuti dengan ritual pemberian persembahan berupa hasil bumi yang beraneka ragam yang nantinya akan dilarung bersamaan dengan rambut gimbal anak-anak yang dipotong. Warga setempat meyakini bahwa anak-anak berambut gimbal ini diyakini titipan dari peguasa alam gaib sehingga harus diperlakukan dengan khusus layaknya seorang anak raja.
Masyarakat setempat meyakini jika ritual ini dilakukan dengan benar, maka rambut si bocah yang sebelumnya gimbal akan kembali tumbuh dengan baik dan normal alias tidak gimbal lagi. Namun jika ada salah satu tahapan ritual yang salah, rambut gimbal itu akan kembali tumbuh dan ritual ruwatan harus kembali dilakukan.
Baca juga: Purwaceng Dieng, Viagra of Java Obat Kuat Pria Dewasa
Selain itu, di kawasan Plato Dieng juga terdapat kompleks candi yang dikenal dengan Kompleks Candi Arjuna dengan luas 90 hektar (Ha). Kompkeks candi ini terdiri dari lima bangunan candi, yaitu Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Punradewa dan Candi Sembadra. Diyakini kompleks Candi Arjuna ini adalah tempat berkumpulnya para dewa dan mahkluk gaib. Oleh sebab itu, kawasan kompleks candi ini sering digunakan sebagai tempat bersembayang bahkan ritual pemotongan rambut gimbal pada anak-anak di kawasan Plato Dieng juga dilakukan di kompleks candi ini.