SOLOPOS.COM - Deretan candi di Dieng, Wonosobo. (Wikipedia)

Solopos.com, BANJARNEGARA Siapa yang tak kenal dengan Dieng? Sebuah dataran tinggi yang terletak di wilayah Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah (Jateng), ini memang dikenal memiliki keindahan alam yang sangat ciamik. Posisinya yang berada di antara jajaran pegunungan membuat Dieng tak hanya menawarkan pemandangan yang menawan melainkan juga udaranya yang sejuk.

Kendati letaknya berada di atas dataran tinggi, namun siapa sangka jika Dieng menyimpan jejak sejarah peradaban Nusantara. Terdapat banyak kisah menarik dibalik asal-usul kawasan yang juga dikenal sebagai Negeri Para Dewa satu ini.

Promosi BRI Pastikan Video Uang Hilang Efek Pemilu untuk Bansos adalah Hoaks

Melansir dari laman dieng-kejajar.wonosobokab.go.id, Sabtu (13/1/24), dikisahkan bahwa pada masa awal abad masehi, pernah terjadi migrasi besar-besaran yang dilakukan oleh penduduk negeri Kalingga ke berbagai penjuru Asia, dan Dieng pun menjadi salah satu tempat yang disinggahi oleh mereka.

Ada beberapa versi kisah yang menceritakan sebab migrasi besar-besaran penduduk Kalingga tersebut. Ada yang mengatakan bahwa terjadinya migrasi dikarenakan terdapat serangan dari Kerajaan Ashoka dan ada juga yang menyebutkan bahwa proses migrasi para penduduk Kalingga murni dilakukan untuk berdagang serta memperkenalkan budaya mereka ke wilayah luar.

Namun, konon perpindahan tersebut bukanlah suatu hal yang dilakukan tanpa rencana. Disebutkan bahwa Dieng menjadi persinggahan terakhir bangsa Kalingga yang kala itu tengah mencari tempat yang dianggap sesuai untuk menjadi simbol “surga” di tanah Jawa.

Ditengok dari buku berjudul Dieng: Poros Dunia Menguak Peta Surga, Dieng yang dikeliling poros api (gunung-gunung berapi) juga dianggap sebagai pengingat proses penciptaan yang tiada habisnya.

Poros Dunia

Berdasarkan kisah masa lalu, pemindahan simbol surga ke Dieng ketika itu dilakukan oleh Sang Hyang Djagadnata atau pada tokoh pewayangan dikenal sebagai Bathara Guru. Pemindahan tersebut kemudian membuat Dieng disebut sebagai Pingkalingganing Bhawana atau poros dunia.

Dieng dianggap menjadi tempat yang pas sesuai aturan Kitab Vastwastra untuk didirikan bangunan candi yang menjadi tempat bagi para Dewa “bercengkerama”.

Menurut keyakinan umat Hindu, gunung memang menjadi tempat yang disucikan karena merupakan tempat yang memiliki puncak paling tinggi di atas bumi.

Jika dikulik dari namanya, Dieng sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang diambil dari kata Di dan juga Hyang. Di mana Di memiliki makna tinggi, sedangkan Hyang berarti leluhur atau para Dewa.

Selain itu, diketahui bahwa ada banyak sekali peninggalan benda-benda dari masa lalu yang ditemukan di Dieng. Mulai dari candi, batu kelir, hingga prasasti. Deretan relief pada candi hingga tulisan yang ditemukan pada prasasti juga menjadi saksi bagaimana Dieng dianggap sebagai lokasi bersemayamnya para Dewa.

Seiring berjalannya waktu, Dieng terus mengalami beberapa perubahan dan pergeseran fase kehidupan. Setelah dimulai dari peradaban Hindu, diceritakan bahwa sempat terjadi bencana besar yang menyebabkan tenggelamnya Kawasan tersebut hingga masyarakat berpindah ke wilayah Tengger dan Bali. Sejak saat itu, Islam mulai masuk dan menyebar di di Kawasan Dieng.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya