Jateng
Selasa, 14 Februari 2023 - 00:01 WIB

Diluncurkan Akhir Tahun, Ini Daerah yang Dilalui Sub Feeder BRT Trans Semarang

Ponco Wiyono  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi angkutan umum yang melintas di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. (Solopos.com-Ponco Wiyono)

Solopos.com, SEMARANG – Ketua Dewan Perwakilan Cabang (DPC) Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Semarang, Bambang Purnomo, optimistis sub feeder (angkutan pengumpan) BRT Trans Semarang bakal diluncurkan akhir tahun 2023 ini. Berikut jalur lalu lintas yang akan dijangkau sub feeder BRT Trans Semarang itu.

Bambang mengatakan sub feeder akan berguna bagi masyarakat Kota Semarang yang selama ini daerahnya tidak dilalui Bus Trans Semarang maupun feeder BRT.

Advertisement

“Sudah kami ajukan ke pemerintah dan Dewan [DPRD Kota Semarang] dan sudah disetujui Komisi C. Jika tidak ada halangan, maka Desember sudah bisa beroperasi. Nanti ada 20 unit sub feeder yang titik operasinya baru akan diajukan. Jika semua sudah siap, kami sosialisasikan, September pengadaan barang dan Desember sudah diluncurkan,” ujar Bambang saat dihubungi Solopos.com, Senin (13/2/2023).

Bambang menunjukkan beberapa ruas jalan yang selama ini dikenal ramai dan lalu lintasnya cukup padat, tapi tidak dilalui angkutan umum. Ruas jalan inilah yang nantinya akan menjadi sasaran sub feeder BRT antara lain perempatan Tlogosari, kawasan Candigoleh Jatingaleh, dan Jalan Kelud.

Selain bermanfaat untuk masyarakat, sub feeder juga akan menghidupkan kembali roda perekonomian anggota Organdaa Kota Semarang yang saat ini semakin meredup. Hal ini dikarenakan sub feeder BRT Trans Semarang nanti akan menggandeng pengusaha angkutan umum lokal dalam pengoperasiannyaa.

Advertisement

“Sebelum pandemi itu catatan kami ada 3.000 trayek, lalu muncul wabah berkurang jadi 2.400. Dilanjutkan selesainya PPKM, itu trayek tinggal 900. Terakhir kami cek tinggal 780 trayek,” urai Bambang.

Dalam penerapannya nanti, sub feeder disebut Bambang akan berupa alat transportasi baru yang nilainya sekitar Rp200 juta satu unitnya. Kendaraan umum tersebut akan dilengkapi pendingin udara, dan layar berjalan sebagai penanda lokasi dan tujuan.

“Bentuknya jelas lebih kecil dari feeder. Tidak dilengkapi petugas tiket tapi dalam satu titik akan ada petugas yang menjaga loket untuk pembayaran,” sambung Bambang.

Advertisement

Ia juga menyebut, kerja sama akan dilakukan dengan pengusaha angkutan umum lokal asal Kota Semarang. “Akhir tahun nanti akan diluncurkan 29 unit, kita lihat dulu perkembangannya. Harapan kami, 2024 akan muncul lebih banyak sub-sub feeder sehingga semua titik terkoneksi.”

Pengamat transportasi publik Kota Semarang, Theresia Tarigan, mengaku sepakat dengan dilibatkannya pengusaha angkutan umum lokal dalam program sub feeder BRT Trans Semarang. Menurutnya, selain tergerus zaman, angkutan umum swasta atau milik perseorangan juga butuh penyegaran melalui bantuan pemerintah.

“Memang ini yang diperlukan, akses angkutan umum memadai untuk semua warga di semua titik tujuan. Pesan saya halte juga diperbanyak, di kawasan perumahan itu minimal 400 meter ada halte, sedangkan di perkotaan 250 meter. Orang itu kan memutuskan mau naik apa dari rumah, jadi kalau sudah tahu akses BRT mudah, dia akan memilik BRT dan ini bisa mengurangi kemacetan di jalan karena kendaraan pribadi juga,” tegas Theresia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif