SOLOPOS.COM - Tari Dolalak Purworejo. (Istimewa/purworejokab.go.id)

Soloposcom, PURWOREJO — Dolalak merupakan salah satu kesenian khas Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Kesenian Dolalak termasuk dalam rumpun tarian yang berasal dari akulturasi budaya barat, khususnya Belanda dengan budaya Jawa.

Tari Dolalak biasanya digunakan sebagai tarian menyambut tamu undangan dalam acara tertentu. Pemerintah Kabupaten Purworejo juga mendukung penuh kesenian khas ini agar tetap lestari di era yang serba modern ini.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Melansir dari budaya.kemendikbud.go.id, tarian ini muncul karena pengaruh Belanda yang diprakarsai oleh tiga orang pemuda bernama Rejotaruno, Duliyat, dan Ronodimejo dari Sejiwan, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo.

Penamaan Dolalak sendiri berasal dari not nada “Do” dan “La”, sebab tarian ini diiringi dengan musik dua nada tersebut. Musik yang mengiringi kesenian Dolalak merupakan musik sederhana, lantunan syair-syair dan pantun-pantun Jawa.

Sementara alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari Dolalak antara lain yaitu, jidur, terbang, kendang, dan syair dari vokalis. Seiring dengan perkembangan zaman beberapa ada yang menambahkan alat keyboard atau organ tunggal di dalam pentas.

Teknik memainkan instrumen tersebut cukup sederhana, yaitu hanya mengiringi secara ritmis mengikuti gerakan yang dibawakan penarinya. Musik utama dalam kesenian Dolalak adalah syair dan jidur, di mana keduanya sangat mengikat erat dengan gerak tari yang ditarikan.

Sajian Dolalak menampilkan beberapa jenis tarian yang tiap jenis dibedakan dengan perbedaan syair lagu yang dinyanyikan dengan jumlah 20 sampai 60 lagu. Tiap pergantian lagu berhenti sesaat sehingga ada jeda tiap ragam geraknya.

Pada awalnya Dolalak dimainkan oleh laki-laki dengan mengenakan seragam warna hitam dan bercelana pendek, meniru seragam tentara Belanda pada zaman dulu.

Adapun rangkaian busana tersebut, antara lain kemeja lengan panjang hitam dipadu dengan celana pendek berwarna hitam, dilengkapi atribut mirip tentara Belanda, topipet, sampur, kaus kaki panjang, dan kacamata.

Seiring perkembangan zaman, munculah penari putri dan modifikasi seragam yang berhias emas dan atau warna lain. Gerak tarinya merupakan wujud akulturasi budaya Belanda dengan budaya daerah setempat.

Hal ini dapat dilihat dari gerak tarinya yang mengadopsi gerak dansa dan pencak silat Jawa. Sajian kesenian Dolalak dikemas dengan menarik dan lebih sering tampil di atas panggung daripada di halaman atau di lapangan.

Gambaran singkat pementasan tari Dolalak, diawali dengan pembukaan. Di mana iringan mulai berbunyi dan semua penari duduk bersila di area pertunjukan.

Adegan berikutnya dilakukan dengan menari secara berkelompok oleh 10-20 orang penari, lalu dilanjutkan berpasangan, trio, dan kwartet. Pada puncak sajian tarian dilakukan secara tunggal dan penari tersebut akan kesurupan, masyarakat mengenalnya dengan sebutan ndadi.

Berdasarkan koreografinya, tari Dolalak dapat dibedakan menjadi beberapa penampilan yaitu tari tunggal, tari berpasangan, dan tari berkelompok. Perbedaan tarian tersebut biasanya tersaji berdasarkan lagu yang dimainkan, kecuali pada saat tarian tunggal yaitu pada saat ndadi.

Di samping itu, pementasan tari Dolalak untuk acara tertentu juga ditampilkan secara massal atau dengan banyak penari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya