SOLOPOS.COM - Ilustrasi tes anemia. (Freepik)

Solopos.com, SEMARANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), menemukan setidaknya 29 persen remaja putri di Kota Semarang mengalami anemia atau kekurangan kadar hemoglobin di dalam darah. Data itu diketahui dari hasil skrining yang dilakukan Dinkes Kota Semarang sejak Desember 2022 hingga Juni 2023.

Kepala Dinkes Kota Semarang, Abdul Hakam, menyebut pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap 23.000 remaja putri di Kota Semarang. Dari jumlah sebanyak itu, sekitar 29 persen di antaranya mengalami anemia.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Menurut dia, hasil skrining tersebut menunjukkan perlunya kerja keras dari seluruh pihak, baik puskesmas, camat, lurah, dan kader, untuk menyosialisasikan pentingnya tablet penambah darah dan makan dengan lauk pauk lengkap.

“Pola makan mereka harus dibenarkan. Tablet penambah darah harus dikonsumsi sepekan sekali. Remaja putri mulai kelas V atau yang sudah menstruasi untuk mengikuti bulan skrining Agustus ini,” tegasnya.

Ia mengimbau remaja putri mulai kelas V atau yang sudah mengalami menstruasi untuk mengikuti bulan skrining pada Agustus ini, termasuk skrining hemoglobin (HB).

Dari pemeriksaan itu, remaja putri yang memiliki HB kurang dari 12 akan diberi tablet penambah daarah oleh puskesmas melalui guru masing-masing. Tablet penambah daerah itu wajib diminum sekali dalam sepekan.

Selain minum tablet penambah darah, Kepala Dinkes Semarang itu juga mengingatkan terkait pola makan yang lengkap, meliputi karbohidrat, sayur, buah, dan protein hewani. Makanan dengan pola gizi yang lengkap itu pun sebagai persiapan generasi emas yang bebas stunting.

Diakuinya, langkah preventif penting dimulai dari usia remaja, sebab Indonesia akan mendapatkan bonus demografi dengan banyaknya generasi muda usia produktif yang harus disiapkan dengan baik.

“Stunting harus dicegah. Kami ingin bonus demografi dengan masyarakatnya yang benar-benar berkualitas. Kami tidak mau anak-anak milenial banyak remaja, tapi kualitas tidak bagus,” katanya.

Selain anemia, Dinkes juga memperhatikan lingkar lengan usia praremaja yang bisa mengindikasikan risiko mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK) yang nantinya jika hamil berisiko melahirkan anak stunting.

“Pencegahan stunting mulai dari usia remaja dan pranikah. Calon pengantin harus mendaftar tiga bukan sebelum menikah. Jadi kalau HB atau lingkar lengan kurang, masih bisa diintervensi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya