SOLOPOS.COM - Ilustrasi ajakan menghentikan bullying atau perundungan. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Yayasan Setara Semarang menemukan adanya sejumlah pelajar setingkat SMA yang ada di Jawa Tengah (Jateng) pernah mengalami perundungan atau bullying, baik di sekolahan atau di lingkungan rumahnya. Bahkan, terdapat juga siswa yang mengaku pernah melihat aksi perundungan dengan persentase mencapai 54 persen.

Koordinator Program Disiplin dan Fasilitator Pencegahan Bullying Yayasan Setara Semarang, Bintang Al Huda, mengatakan fakta tersebut terungkap saat pihaknya melakukan jajak pendapat kepada para siswa di beberapa kabupaten/kota. Persentasi siswa yang mengaku mengalami bullying itu bahkan mencapai 99 persen.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

“Jadi untuk jenjang SMA ada 54 persen siswa pernah melihat tindakan bullying. Lalu ada juga 99 persen pernah mengalami bullying. Sebanyak 35 persen siswa lainnya ngakunya tidak pernah mengalami atau ada yang ngaku tidak pernah melihat,” ungkap Bintang kepada wartawan, Kamis (13/7/2023).

Bintang menjabarkan, tindakan perundungan biasanya dialami siswa SMA secara verbal dan sosial atau dikucilkan dari lingkungan bermainnya. Namun, rata-rata siswa yang terkena perundungan tidak berani melaporkan kepada pihak sekolah karena khawatir tidak mendapat respons yang baik.

Lebih jauh, tindakan perundungan yang terjadi saat ini perlu mendapat perhatian serius dari Pemprov Jawa Tengah karena termasuk dalam program dosa besar yang sedang ditangani oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Pihaknya juga telah membekali pelatihan bagi siswa di lima SMP Kota Semarang untuk menjadi agen perubahan pencegahan aksi perundungan. Di mana, setiap SMP ada 30-40 siswa yang ikut pelatihan menjadi agen perubahan.

“Kami membuat agen perubahan dengan menyebarkan perilaku baik ke siswa. Caranya yaitu dengan melakukan penilaian bagi perilaku siswa yang paling berpengaruh di setiap sekolah. Nantinya dikalkulasi dan dilatih siapa saja anak yang berperilaku positif dan bisa menyebarkan perilaku positif. Terbukti keberadaan agen perubahan bisa menurunkan angka perundungan sebesar 30 persen,” jelasnya.

Selain itu, Yayasan Setara turut melibatkan para guru untuk merancang aturan penegakan disiplin positif supaya siswa tidak mengalami perundungan di dalam kelas. Penegakan disiplin positif dengan mengajak guru melihat akar persoalan masing-masing siswa.

“Yang perlu digarisbawahi adalah kenakalan seorang anak itu hal wajar karena di tingkat sekolah manapun pasti ada siswa yang seperti itu. Maka, ini pentingnya mengembangkan program agen perubahan dengan menyebarluaskan perilaku positif untuk menekan angka perundungan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya