SOLOPOS.COM - Ilustrasi ibu hamil (Dailymail.co.uk)

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mendapat dan menangani 60 kasus kehamilan yang tidak dikehendaki.

Kanalsemarang.com, SEMARANG- Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah menyebutkan setiap tahunnya mendapatkan laporan dan menangani sekitar 60 kasus kehamilan tidak dikehendaki.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

“Setiap tahunnya, setidaknya ada 60 remaja datang ke kami karena mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki,” kata Direktur Eksekutif PKBI Jateng Elisabet S.A. Widyastuti di Semarang, Jumat (16/10/2015).

Menurut dia, banyaknya remaja yang mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki itu, menunjukkan betapa kurangnya pemahaman mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi di kalangan remaja selama ini.

Ia mengatakan kebanyakan remaja yang melaporkan kehamilan yang tidak dikehendaki itu, ternyata tidak mengetahui dampak dan konsekuensi dari hubungan seksual yang dilakukannya dengan pasangannya.

“Ada yang tidak tahu kalau berhubungan seksual sekali saja ternyata bisa menyebabkan hamil, dan sebagainya. Makanya, kasus-kasus semacam ini kemudian menyebabkan banyaknya pernikahan anak,” katanya.

Dari remaja yang melaporkan kehamilan yang tidak dikehendakinya, PKBI Jateng kemudian memberikan pendampingan dan konseling kepada mereka agar mereka berdaya mengambil keputusan untuk dirinya.

Lisa, panggilan akrabnya, mengatakan pihaknya tidak pernah memaksakan suatu keputusan terhadap remaja yang mengalami kehamilan tidak dikehendaki yang bersedia melapor, melainkan melakukan pendampingan.

“Penyelesaiannya, ada yang kemudian menikah, ada yang kemudian memutuskan tinggal di ‘shelter’ melanjutkan kehamilannya, ada pula yang mengalami permasalahan kesehatan atas kehamilannya,” katanya.

Sebab, kata dia, banyak remaja yang berupaya melakukan cara apa pun menggugurkan kandungannya sehingga berdampak terhadap kondisi kandungannya karena malu, takut ketahuan, atau merasa belum siap.

“Makanya, remaja-remaja yang mau melapor ini kemudian kami berikan pendampingan. Bagi mereka yang kemudian memutuskan menikah atau tidak menikah, kami tidak menganggap salah satunya keputusan terbaik,” katanya.

Yang terpenting, Lisa mengatakan, remaja-remaja itu harus didampingi sampai berdaya mengambil keputusan untuk dirinya sendiri dengan mempertimbangkan berbagai hal dengan tanpa tekanan dan paksaan siapa pun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya