SOLOPOS.COM - Tugu teh poci di Slawi, Kabupaten Tegal. (indonesia.go.id)

Solopos.com, TEGAL — Teh Slawi merupakan teh yang merujuk pada nama daerah di mana teh ini berasal, yakni Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah (Jateng). Daerah ini memang memiliki tradisi minum teh yang kental dan bahkan cukup dikenal dibandingkan daerah lain di sepanjang pesisir pantai utara Jawa. Berikut fakta tentang keunikan teh Slawi khas daerah Tegal.

Bagi masyarakat Tegal, teh telah menjadi bagian hidup mereka sehari-hari. Karena lekatnya tradisi minum teh ini, di sana terdapat ungkapan, “Jangan mengaku orang asli Tegal, bila tidak suka minum teh.” Terdapat beberapa fakta unik tentang teh Slawi dan budaya minum teh di Tegal. Dilansir dari Indonesia.go.id, berikut diantaranya:

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

• Budaya Minum Teh

Slawi merupakan kota yang menjadi cikal bakal produsen teh terkemuka di Indonesia. Di Slawi memang telah tumbuh dan berkembang beberapa pabrik teh yang besar dan menjadi ikon bagi Kabupaten Tegal. Slawi merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Tegal. Daerah ini terkenal dengan produksi teh dan budaya moci. Moci merupakan sebuah akronim dari kata minum (teh) dan poci. Moci ini merupakan sebuah tradisi minum teh dalam tempat air bercerat terbuat dari tembikar atau tanah liat.

• Sudah ada sebelum abad ke 17

Keunikan lain tentang teh Slawi khas Tegal juga berkaitan dengan tradisi masyarakat setempat. Menurut Pande Made Kutanegara, seorang antropolog dari UGM di Yogyakarta, diduga sebelum abad ke-17 minum teh sudah menjadi kebiasaan masyarakat Tegal. Menurutnya, budaya minum teh sudah berakar dari tradisi Tiongkok. Teh yang ada di Tegal memang dikonsumsi langsung dari Tiongkok bahkan sebelum ada tanaman teh di Indonesia.

Pendapat lain juga menyebutkan tradisi minum teh sudah ada sejak masa Kerajaan Majapahit. Konon, teh telah menjadi minuman bagi kalangan istana dan menjadi jamuan bagi para tamu kehormatan. Tetapi, sejauh ini tidak ditemukan hipotesa sejarah yang kuat terkait sejarah kebiasaan minum teh ini. Baik itu jadi kebiasaan di kalangan masyarakat luas di Tegal sebelum abad ke-17, atau menjadi kebiasaan terbatas di kalangan elit di era Kerajaan Majapahit di abad ke-14.

• Karakteristik penyeduhan teh yang unik

Keunikan teh Slawi khas Tegal juga terdapat dalam proses pembuatan dan penyajiannya. Teh Tegal, atau sering disebut teh Slawi, merupakan sesuatu yang istimewa jika mengingat proses pembuatannya. Air panas yang diseduh dalam poci tanah liat. Poci tanah liat ini dipercaya menghasilkan aroma tersendiri dan disajikan dengan gula batu. Setelah diseduh dalam poci, teh kemudian dituangkan ke dalam cangkir yang berisi gula batu.

Uniknya, gula tersebut tidak boleh diaduk, melainkan sengaja dilarutkan dan akan tercampur dengan sendirinya. Inilah keistimewaan penyajian dan cita rasa teh Slawi yang juga dikenal dengan sebutan “Teh Poci”. Menariknya, poci tanah liat tempat teh diseduh tidak pernah dicuci bersih pada bagian dalamnya. Setiap kali poci selesai digunakan, cukup membuang sisa tehnya saja. Dipercaya bahwa sisa-sisa teh yang menjadi kerak dan menghitam menambah cita rasa dan aroma teh, membuatnya semakin nikmat. Semakin lama teko digunakan untuk menyeduh teh, semakin nikmat rasa dan aroma teh tersebut.

• Akronim Nasgitel dan Wasgitel

Karena citra rasa teh khas Tegal yang khas, maka muncul istilah “nasgitel” atau “wasgitel”. Nasgitel adalah akronim yang berasal dari ‘panas’, ‘legi’ (manis), dan ‘kenthel’ (pekat). Sedangkan wasgitel ialah akronim dari dari kata ‘wangi’, ‘panas’, ‘sepet’, ‘legi’ (manis), ‘lan’ (dan) ‘kenthel’ (kental). Maknanya ialah teh panas, sepet, manis, wangi beraroma bunga melati, dan berwarna hitam pekat alias kental. Biasanya minum teh ini disajikan dengan ditemani makanan kecil.

• Makna Filosofis

Selain karena kentalnya budaya minum teh, ternyata teh tersebut mempunyai nilai filosofisnya sendiri. Teh Slawi mempunyai ciri khas teh yang berada di dalam poci dengan rasanya yang pahit, kemudian dituangkan ke dalam poci berisi gula batu. Tetapi gula tersebut tidak boleh diaduk melainkan dibiarkan larut dengan sendirinya. Cara penyajian teh dengan cara itu memiliki nilai filosofis yaitu, kehidupan memang terasa pahit di awal. Tetapi jika kita sanggup bersabar, kehidupan yang awalnya terasa pahit itu lambat laun pada akhirnya pasti akan berbuah rasa manis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya