Jateng
Rabu, 31 Januari 2018 - 18:50 WIB

FENOMENA ALAM : Warga Pesisir Semarang Siap Hadapi Gerhana Bulan Total

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi super blue blood moon. (fox26houston.com)

Fenomena alam gerhana Bulan yang datang bersamaan dengan Bulan purnama perige (supermoon) siap dihadapi warga pesisir Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG – Warga yang tinggal di kawasan pesisir Kota Semarang siap menghadapi potensi rob atau limpasan air laut ke daratan seiring dengan datangnya fenomena alam gerhana Bulan total yang datang bersamaan dengan Bulan purnama perige (supermoon).

Advertisement

Seorang warga Kampung Tenggang RT 005/RW 007, Tambakrejo, Kota Semarang, Sukamto, mengaku selama ini selalu bergelut dengan rob karena kondisi rumahnya yang rendah, persis di samping Sungai Tenggang. “Yang namanya (terkena, red.) rob sering. Gimana lagi, rumah saya lantainya masih rendah. Sementara, ditinggikan pakai tanah padas,” katanya seraya menunjuk bongkahan tanah padas di halaman rumahnyadi, Rabu (31/1/2018).

Fenomena alam yang dijuluki NASA sebagai super blue blood Moon itu disikapi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan mengimbau masyarakat mewaspadai tingginya pasang air laut. Kenaikan permukaan air laut itu bisa mencapai 1,5 m karena adanya gravitasi Bulan dengan matahari.

Sukamto mengaku ketinggian rob yang masuk ke rumahnya biasanya sekitar 15 cm-20 cm, tetapi Jumat (1/12/2018), sampai setengah meter karena air laut pasang yang cukup tinggi. “Pernah pada 2016, pas mau Lebaran. Itu pas bulan puasa, malah selama dua bulan penuh kebanjiran [rob]. Tahun lalu lebih sering lagi rob–nya, termasuk yang sampai setengah meter itu,” kata Sukamto.

Advertisement

Sukardi, 55, juga warga Kampung Tenggang, Semarang membenarkan ketinggian rob yang sampai 50 cm pada 1 Desember 2017, padahal biasanya ketinggian rob hanya 15 cm-20 cm. “Saya tidak tahu juga kenapa. Ya, meskipun satu jam langsung surut, warga kan tidak ada persiapan. Tidak tahu juga apakah ini nanti [supermoon] juga sama tingginya kayak kemarin,” katanya.

Pria yang lahir dan besar di Kampung Tenggang, Semarang itu, mengaku dahulu tidak pernah terjadi rob di kampungnya, tetapi baru 2-3 tahun terakhir permukimannya kerap tergenang rob. “Dulu, tidak pernah rob. Saya lahir tahun 1963 di sini. Ya, baru sekitar 2 tahun-3 tahun ini ada rob. Kemarin, 1 Desember 2017 malah tinggi. Kalau dampak penyakitnya, biasanya gatal-gatal,” katanya.

Advertisement

Meski demikian, Sukardi mengaku dengan adanya informasi fenomena supermoon yang diketahuinya dari media massa bisa membuatnya lebih bersiap menghadapi potensi rob, seraya berharap tidak sampai terjadi rob.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif