SOLOPOS.COM - Kupat Jembut, makanan khas Lebaran di Semarang. (Youtube)

Solopos.com, SEMARANG — Setelah perayaan Idulfitri, beberapa daerah di Jawa Tengah (Jateng) pun mulai mempersiapkan perayaan dengan tradisi yang beraneka macam di bulan Syawal atau Syawalan. Di Kota Semarang tak terkecuali, di mana ada sebuah perayaan Syawalan yang terkenal unik, yakni kupat jembut.

Mengutip dari berbagai sumber, kupat jembut merupakan ketupat yang dimasak dengan beraneka sayuran sehingga membuat permukaannya tidak halus seperti ketupat pada umumnya. Mendengar nama makanan khas syawalan di Semarang ini mungkin terdengar vulgar.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Akan tetapi ada makna menarik yang diperoleh dari makanan ini. Tradisi kuliner ini ternyata sudah ada di Kampung Tanjungsari, Pedurungan Tengah, Semarang sejak puluhan tahun lalu. Tepatnya sekitar tahun 1950 silam. Keberadaan kupat jembut merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas berkah yang diberikan selama bulan Ramadan. Kupat jembut merupakan sebuah simbol kesederhanaan. Hal ini karena kupat ini digunakan untuk merayakan Syawalan tanpa opor seperti tradisi di Jawa, yang biasanya identik dengan lontong opor.

Kupat ini terbuat dari daun kelapa muda (janur). Bentuk ketupat tersebut segi empat kemudian dibelah secara diagonal, tetapi tidak putus. Kemudian tauge disisipkan di dalamnya sehingga terlihat seperti organ kelamin wanita. Dalam perkembangannya, ditambahkan kubis (kol) dan kacang-kacangan. Kupat Jembut ini merupakan salah satu jenis ketupat yang isinya berupa sayuran kecambah atau tauge dan sambal kelapa.

Filosofi dari tauge dan sambal kelapa, dimaksudkan untuk melambangkan kesederhanaan hidup dan tidak hanya tentang kemewahan saja. Sedangkan dibelah tengah dan dimasukkan isi, dimaksudkan bahwa antarwarga sudah saling melepas kesalahan masing-masing.

Dalam perkembangannya, sebagian orang juga kerap menyelipkan uangnya di dalam ketupat ini. Ketupat ini pun dibagikan ke anak-anak dan mereka akan berebut untuk mendapatkannya. Tradisi menaruh uang di kupat jembut sudah dimulai sejak tahun 2000. Tidak hanya untuk memeriahkan perayaan syawalan, pemberian uang ini juga dimaknai sebagai sedekah dan rasa syukur atas rahmat Allah SWT dan sebagai pelengkap ibadah puasa. Ketupat tersebut dibagikan untuk orang dewasa dan anak-anak. Menariknya, ada juga warga sekitar yang mengisi dengan uang koin. Anak-anak yang berebut tersebut senang dan saling bersaing untuk mendapatkan ketupat dan uang paling banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya