SOLOPOS.COM - Para ibu-ibu Bergas Kidul, Kabupaten Semarang, tengah membuat kain batik dengan motif ciprat, Jumat (26/5/2023). (Solopos.com-Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN — Menggali potensi warga agar bisa berdikari menjadi salah satu program yang dijalankan pemerintah Desa Bergas Kidul, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Melalui program itu, warga Bergas Kidul, terutama kalangan ibu-ibu mampu menciptakan inovasi dan kreasi motif kain batik yang diberi nama Bagas Kawijayan.

Batik khas Bergas Kidul ini sudah ada sejak tahun 2019 lalu. Demi menciptakan motif batik baru ini pun pemerintah desa setempat mendatangkan perajin batik dari Semarang untuk memberikan pelatihan kepada para ibu.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Saat ini sudah ada puluhan motif batik sudah dibuat oleh tangan-tangan kreatif ibu-ibu Bergas Kidul, Kabupaten Semarang, ini. Dari puluhan motif itu, produk yang paling laris atau diminati pasaran adalah batik ciprat, yakni kain batik yang dibuat dengan teknik memercikan pewarna ke kain hingga membentuk motif, salah satunya motif papringan.

Seorang perajin batik dari Bergas Kidul, Sutini, mengatakan untuk batik Papringan tersebut dibuat dengan metode ciprat dan kuas, yang dibuat dari bambu.

“Kalau batik ciprat tidak memerlukaan desain awal. Langsung saja membuat pola dari cipratan dan olesan kuas,” ujaar Sutini kepada Solopos.com, Jumat (26/5/2023).

Selain batik ciprat, juga terdapat batik tulis, batik cap, batik printing, dan juga batik ecoprint. Karena motif yang unik dan selalu berbeda di setiap helai kainnya, yang paling laku di pasaran yakni batik ciprat.

“Karena batik ciprat pola desainnya simpel dan juga harganya lebih murah, ” ungkapnya.

Dijelaskan untuk ukuran 210×115 sentimeter (cm) dibanderol dengan harga Rp125.000. Namun harga tersebut tidak berlaku untuk semua batik, karena memiliki harga yang berbeda-beda tergantung kerumitan dalam proses pembuatannya.

“Paling mahal itu batik tulis dengan harga Rp350.000,” ujarnya.

32 Orang

Sutini mengatakan saat ini terdapat 32 warga yang ikut dalam mengembangkan usaha batik di Desa Bergas. Mereka membuat batik dua kali dalam sepekan, yakni pada hari Sabtu dan Minggu.

Sedangkan untuk pemasaran, Batik Kawijayan kreasi masyarakat Bergas Kidul, Kabupaten Semarang, ini pun baru melayani pesanan seperti seragam sekolah dan lain-lain. Promosinya pun juga baru dilakukan secara konservatif, yakni getuk tular atau dari mulu ke mulut.

“Saat ini kami masih fokus dalam pengembangan dan promosi produk,” jelasnya.

Sutini juga mengaku untuk membuat batik, pihaknya maasih mengalami sejumlah kendala salah satunya adalah faktor cuaca. Hal itu tidak terlepas dari proses pengeringan kain batik yang membutuhkan sinar matahari atau cuaca panas.

“Kalau cuaca cerah pasti prosesnya sebentar mas. Tetapi kalau mendung menjadi lama, ” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya