SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan. (Solopos)

Solopos.com, DEMAK — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng), menyebut 14 kecamatan di Demak berpotensi mengalami kekeringan. Hal itu bisa terjadi jika saluran atau pintu air di Waduk Kedung Ombo ditutup.

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Demak, Agus Nugroho, mengatakan seluruh kecamatan di Demak berpotensi mengalami kekeringan. Meski demikian, ancaman itu paling terasa dialami 99 desa yang ada di 14 kecamatan.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

“Semuanya berpotensi [kekeringan]. Kami petakan ada 99 desa yang tersebar di 14 kecamatan bakal alami kekeringan,” kata Agus kepada Solopos.com, Jumat (24/3/2023).

Agus menyampaikan, musim kemarau di Demak diprediksi mulai pada akhir Mei atau awal Juni. Kendati demikian, dampak kekeringan baru bakal terasa bila pintu air Waduk Kedung Ombo telah ditutup sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kekeringan tersebut.

“Kalau di bulan ini [Maret dan April] masih sering hujan. Tapi kalau di Demak itu, kekeringan diawali dengan tutupnya saluran air dari Waduk Kedung Ombo. Jadi selama masih dibuka, kebutuhan air di Demak biasanya masih bisa terpenuhi karena sumber air dari Pamsimas [program pembinaan air kepada masyarakat], PDAM [Perusahaan Daerah Air Minum], dan sebagainya itu, air bakunya dari Waduk Kedung Ombo, atau dari sumber air permukaan alias sungai,” ungkapnya.

Meski nantinya saluran air Waduk Kedung Ombo bakal ditutup, lanjut Agus, penutupan itu biasanya akan terjadi pada bulan Juli hingga Oktober. Pihaknya pun mengeklaim meski akan cukup berdampak terhadap suplai air, BPBD Demak telah menyiapkan sejumlah skema, termasuk mengedukasi masyarakat.

“Nanti bakal ada pemberitahuan sebelum penutupan Waduk Kedung Ombo. Kalau pun tutup, memang sedikit terganggu dengan sumber air baku yang dipakai Pamsimas, dan PDAM jadi bakal ada kekeringan. Tapi masih ada sumber air lain yang bisa dipakai, salah satunya di sumur BPBD Demak, sumur itu, alhamdulillah, selama saya delapan tahun di BPBD, tak pernah kering. Jadi masih bisa suplai ke masyarakat,” sambungnya.

Agus menambahkan, masyarakat umum harus mulai bijaksana menggunakan air. Sedangkan khusus petani, diminta untuk mematuhi pola tanam.

“Pola tanam itu, jadi saat Juli-Oktober, pas tanaman palawija, tidak butuh air. Jangan tanam padi, karena padi akan berebut dengan air PDAM yang mengalir dari Waduk Kedung Ombo, dari hasil membeli air. Masyarakat umum, mulai gunakan air dengan bijaksana dan mumpung masih musim hujan, bisa mulai menampung air di tandon,” tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, BPBD Jateng mengatakan kemarau di Jateng paling tinggi mencapai 22 dasarian atau 220 hari. Sedangkan paling rendah, yakni hanya 10 dasarian atau 100 hari. Kabupaten Demak pun berada di atas 13 dasarian atau berada di angka 19 dasarian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya