Jateng
Selasa, 1 Maret 2022 - 16:51 WIB

Gawat! Jateng Masuk Daerah Rawan Kasus Stunting

Newswire  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kasus stunting. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Provinsi Jawa Tengah (Jateng) masuk dalam kategori daerah dengan kasus stunting atau tengkes prevalensi tinggi di Indonesia. Hal itu disampaikan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, saat memberikan sambutan pada acara sosialisasi Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting di Semarang, Jateng, Selasa (1/3/2022).

“Jawa Tengah menjadi 1 dari 12 provinsi di Indonesia dengan prevalensi stunting tertinggi yang menjadi prioritas dalam upaya penurunan,” kata Hasto.

Advertisement

Mantan Bupati Kulonprogo itu menyebutkan saat ini ada 19 kabupaten/kota di Jateng yang memiliki tingkat prevalensi kasus stunting antara 20 persen hingga 30 persen. Sedangkan daerah yang angka prevalensi stunting rendah, atau di bawah 10 persen hanyalah Kabupaten Grobogan.

Baca juga: Angka Stunting di Jateng Turun 7%, Tapi…

Hasto mengatakan saat ini pemerintah terus berupaya menurunkan angka stunting sebesar 14 persen pada 2024. “Dengan demikian, rata-rata per tahun harus ada penurunan sekitar 3,4 persen,” katanya.

Advertisement

Menurut dia, rencana aksi nasional untuk menurunkan angka tengkes telah disiapkan. Ia menyebut BKKNN telah menyiapkan data tentang penduduk yang menjadi sasaran dalam upaya mencegah munculnya kasus tengkes.

“Data itu tinggal minta ke kami, berapa targetnya, siapa saja?” katanya.

Sementara itu, Hasto optimistis Jateng mampu memenuhi target nasional, menurunkan prevalensi angka stunting menjadi 14 persen. Hal itu dikarenakan di Jateng saat ini tidak ada daerah yang angka prevalensi stunting lebih dari 30% dan kesenjangan antardaerah relatih rendah.

Advertisement

Baca juga: 1.059 Balita di Solo Alami Stunting, Tapi Masih di Bawah Angka Jateng

“Rencana aksi nasional ini merupakan upaya untuk mengadang di hulu agar tidak terjadi kasus stunting baru,” kata Hasto Wardoyo.

Sementara Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, mengatakan anggaran untuk penanganan stunting di wilayahnya mencapai Rp6,7 miliar. Alokasi anggaran sebesar itu antara lain diperuntukkan bagi pemberian asupan gizi bagi 1.367 balita.

“Tahun depan diharapkan angkanya bisa turun,” ujar wali kota yang karib disapa Hendi itu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif