SOLOPOS.COM - Sejumlah perwakilan warga Wadas dan mahasiswa yang tergabung dalam gerakan masyarakat peduli alam Desa Wadas (GEMPADEWA) turun kejalan dan melakukan unjuk rasa di depan kantor Gubernur Jawa Tengah, Rabu (16/8/2023). (Solopos.com/Adhik Kurniawan).

Solopos.com, SEMARANG – Puluhan warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah (Jateng), terus bertahan menolak rencana penambangan batu andesit. 

Kali ini, sejumlah perwakilan warga Wadas dan mahasiswa yang tergabung dalam gerakan masyarakat peduli alam Desa Wadas (GEMPADEWA) turun kejalan dan melakukan unjuk rasa di depan kantor Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Rabu (16/8/2023).

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Pantauan Solopos.com, puluhan massa aksi itu mulai memadati sepanjang Jalan Pahlawan sekitar pukul 13.00 WIB. Bising suara kendaraan juga tak menyurutkan masing-masing kordinator aksi dalam menyuarakan tuntutanya.

Tak hanya itu, sejumlah banner serta poster perlawanan juga menghiasi halaman depan kantor Gubernur Jateng. 

Banner serta poster itu di antaranya betuliskan ‘wadas lestari tolak tambang’, ‘becik ketitik olo ketoro sing ngrusak wadas ndang modaro”, dan ‘jika kita diam melihat ibu bumi diperkosa maka kita anak durhaka’.

Perwakilan warga Wadas, Abdul Wahid, 30, mengatakan aktivitas penambangan terus berjalan meski izin penambangan lingkungan (IPL) telah habis sejak 7 Juni 2022 lalu. 

Akibatnya, polusi udara, permasalahan lingkumgan hingga sosial terkait pembebasan yang belum tuntas kian membesar.

“Warga berkali-kali menyampaikan hentikan tambang, tapi sama sekali enggak didengar pejabat. Seringkali kita audiensi, dengan Gubernur, Bupati, BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) tapi sampai hari ini enggak ada respone apa-apa. Jadi kami ke kantor (Gedung Gubernur Jateng), barang kali didengar,” seru Abdul di sela-sela suasanya aksi, Rabu.

Abdul menyampaikan, sejak adanya aktivitas tambang, permasalahan lingkungan berupa banjir, polusi udara, dan berkurangnya mata air mulai tampak di Desa Wadas. 

Warga akhirnya resah dan khawatir akan nasib mereka ke depan, mengingat pemerintah seakan tutup mata dengan permasalahan-permasalahan tersebut.

“Keinginan masyarakat itu berhenti (pertambangan). Karena berisiko besar, ada (permukiman) dibawah kaki bukit yang ditambang, dan sampai saat ini warga masih konsisten, berapapun ganti ruginya, tapi mati longsor untuk apa? Uang bukan suatu barang yang beharga, kenyamanan di sana bertahun-tahun, dan kesejahteraan suduh cukup,” jelasnya.

Abdul menambahkan, aksi kali ini murni sebagai bentuk perjuangan warga Wadas dalam menyuarakan penolakan tambang andesit. 

Bahkan ia menegaskan isu Wadas bukan amunisi bagi para politisi yang bakal terlibat kontestasi Pilpres 2024 mendatang.

“Kami datang untuk tujuan keselamatan warga, bukan politik atau untuk mendukung calon presiden, dan tentunya kita tolak (kedatangan politisi). Kepentingan kami bukan capres, tapi (menolak) tambang Wadas. Kami enggak peduli siapa yang jadinl presiden, penting ada kebijakan peduli masyarakat,” tegasnya.

Sementara, Kordinator Aksi, Adib Saifin Nukman, menambahkan jika tuntutan yang dibawakan kali ini hanya satu, yakni menghentikan aktivitas pertembangan yang ada di Wadas. 

Tak hanya itu, pihaknya juga membenarkan bila aksi unjuk rasa dipilih pada hari ini karena bebarengan dengan adanya jadwal Gubernur Ganjar Pranowo yang hadir dalam Sidang Paripurna di Gedung Dewan Pimpinan Rakyat Daerah (DPRD) Jateng.

“Hari ini pas paripurna, di mana banyak pejabat hadir, Pak Gubernur ada di dalam, seharunya juga bisa mendengar suara-suara perlawanan dari warga. Tapi meski ada Gubernur (di dalam gedung), kami tidak minta Gubernur untuk datang. Karena berkali-kali warga aksi, audiensi, tidak pernah mengabulkan tuntutan warga,” imbuh Adib.

Lebih jauh, Adib menyindir Gubernur Jateng yang saat ini masa jabatanya akan segera habis pada 5 September 2023 di tengah permasalahan Wadas yang belum tuntas. 

Menurutnya, Ganjar seakan lari dari tanggung jawabnya karena meninggalkan permasalahn yang belum tuntas.

“Ini (Wadas) menjadi persoalan yang tidak di selesaikan oleh dirinya, IPEL yang seharusnya sudah habis, yang menandakan artinya pertambangan di wadas juga dihentikan,” tutup mahasiswa UNNES itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya