Jateng
Rabu, 25 November 2015 - 08:50 WIB

GEMPA BANJARNEGARA : Tiga Kali Mengguncang, Ini Penjelasan PVMBG Tentang Gempa Banjarnegara

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi gempa bumi (JIBI/Dok)

Gempa Banjarnegara mengguncang beberapa kali sejak Sabtu (21/11/2015).

Kanalsemarang.com, BANJARNEGARA-Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan bahwa gempa Bumi yang mengguncang wilayah Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, hingga tiga kali tidak memengaruhi aktivitas vulkanik Pegunungan Dieng.

Advertisement

“Bahkan, gempa tersebut tidak terekam di tempat kami. Biasanya, kalau gempa Bumi lokal atau apa, mesti terekam,” kata petugas Pos Pengamatan Gunung Api Dieng PVMBG Aziz Yulianto di Banjarnegara, Selasa.

Ia mengaku tidak tahu apakah guncangan yang terjadi di Kalibening pada Senin (23/11) hingga Selasa dini hari itu termasuk gempa Bumi atau fenomena alam lainnya.

Advertisement

Ia mengaku tidak tahu apakah guncangan yang terjadi di Kalibening pada Senin (23/11) hingga Selasa dini hari itu termasuk gempa Bumi atau fenomena alam lainnya.

Ia mengatakan jika guncangan tersebut merupakan gempa Bumi atau aktivitas tektonik dari dalam bumi seharusnya terekam di Pos Pengamatan Gunung Api Dieng karena wilayah Kalibening masih berada di Pegunungan Dieng.

“Padahal kemarin [gempa] yang di Yogyakarta, Kebumen, dan di mana-mana termasuk di Sigaluh, Banjarnegara, yang terjadi pada Sabtu (21/11/2015) terekam oleh alat kami,” jelasnya.

Advertisement

Bahkan Kawah Timbang yang beberapa tahun lalu sempat mengalami peningkatan aktivitas, kata dia, hingga saat ini masih tetap dalam kondisi normal.

Disinggung mengenai kemungkinan gempa tersebut secara geologi memicu gerakan tanah hingga menyebabkan longsor, Aziz mengakui bahwa hal itu kemungkinan dapat terjadi, meskipun gempa hanya sebagai pemicu sekunder karena pemicu utamanya adalah hujan.

“Kalau curah hujannya di atas 50 milimeter per detik dapat memicu longsor. Di sana [Kalibening] memang daerah rawan longsor dan masuk zona merah,” ucapnya.

Advertisement

Menurut dia, gempa tektonik lokal dapat memicu gerakan tanah jika statistik skalanya tinggi sehingga warga diimbau untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya tanah longsor.

Sebelumnya, Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banjarnegara Teguh Rahayu mengatakan bahwa gempa yang mengguncang Kalibening terjadi hingga tiga kali.

Menurut dia, gempa pertama terjadi pada Senin (23/11), pukul 14.53 WIB, berkekuatan 2,5 skala Richter (SR) yang berlokasi di 7,10 lintang selatan dan 109,86 bujur timur atau 36 kilometer timur laut Banjarnegara dengan kedalaman 5 kilometer.

Advertisement

Sementara gempa susulan terjadi pada hari Senin (23/11/2015), pukul 19.55 WIB, berkekuatan 2,2 SR yang berlokasi di 7,15 lintang selatan dan 109,77 bujur timur dengan kedalaman 3 kilometer, serta pada hari Selasa (24/11/2015), pukul 02.19 WIB, berkekuatan 2,3 SR yang berlokasi di 7,11 lintang selatan dan 109,84 bujur timur dengan kedalaman 9 kilometer.

“Kami sudah menyosialisasikan kepada warga terkait gempa tersebut,” ujar Teguh.

Menurut dia, pihaknya masih mempelajari kemungkinan adanya kaitan dengan sesar Serayu yang diprediksi sebagai penyebab gempa pada Sabtu (21/11/2015).

Disinggung mengenai kemungkinan gempa tersebut memicu aktivitas vulkanik pegunungan Dieng yang berada di sekitar Kalibening, dia mengatakan bahwa kemungkinan hal itu tidak terjadi karena skalanya sangat kecil.

Akan tetapi, kata dia, aktivitas tektonik dari gempa tersebut kemungkinan dapat memicu gerakan tanah yang telah retak-retak akibat kekeringan di musim kemarau.

“Dengan adanya aktivitas tektonik ini memicu untuk lebih lebar lagi. Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap kemungkinan terjadinya tanah bergerak dan longsor itu,” tambahnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif