Jateng
Kamis, 10 Maret 2016 - 05:50 WIB

GERHANA MATAHARI : Air MAJT Sempat Mati, Ratusan Orang Kesulitan Wudu

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ribuan umat Islam mengikuti salat gerhana matahari di plaza Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) di Jl. Gajah Raya Semarang, Rabu (9/3/2016). (Insetyonoto/JIBI/Semarangpos.com)

Gerhana matahari di Semarang diwarnai salat kusuf berjemaah di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Kota Semarang. Sayangnya, air untuk wudu sempat mati.

Semarangpos.com, SEMARANG – Pelaksanaan salat kusuf dalam rangka gerhana matahari di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Jl. Gajah Raya, Kota Semarang, Rabu (9/3/2016), diwarnai insiden air mati.

Advertisement

Air mati sekitar pukul 06.30 WIB, sesaat menjelang pelaksanaan salat gerhana matahari tersebut. Ratusan orang yang hendak mengikuti salat di masjid terbesar di Kota Semarang tersebut pun mengeluh. Mereka kesulitan saat hendak berwudu karena air mati. Demikian pula ketika hendak buang air kecil, air di toilet tidak mengalir.

Pantauan Semarangpos.com, hanya sekitar lima dari puluhan keran air di tempa wudu lantai dasar MAJT yang mengalir, itu pun aliran airnya kecil sehingga menimbulkan antrean panjang. ”Masak masjid sebesar ini sampai kehabisn air,” keluh seorang lelaki.

”Waduh bakal tidak bisa mengikuti salat gerhana. Ya, terpaksa hanya lihat gerhana saja,” ujar lelaki lainnya.

Advertisement

Meski terjadi insiden mati air, namun pelaksanaan salat gerhana matahari di MAJT berjalan lancar. Ribuan umat Islam baik lelaki dan perempuan memadati plaza masjid tersebut. Bertindak sebagai imam K.H. Ulil Abhsor Al-Hafidz dan khatib Ketua Badan Pengelola MAJT Noor Achmad.

Sunah Nabi Muhammad
Kegiatan salat gerhana itu juga dihadiri Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah Heru Sudjatmoko, mantan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ali Mufiz, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jateng Ahmadi, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang Prof. Muhibbin.

Noor Achamd dalam khotbahnya menyatakan gerhana matahari total merupakan fenomena alam biasa. Kendati demikian merupakan fenomena luar biasa karena tidak terjadi setiap tahun. ”Menyikapi gerhana matahari sesuai sunah Nabi Muhammad SAW disambut dengan takbir, salat sunah gerhana, dan bersedekah,” ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif