SOLOPOS.COM - Gibran Rakabuming Raka. (Istimewa/Jimboeng).

Solopos.com, SEMARANG — Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, resmi dipilih menjadi calon wakil presiden (cawapres) dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto. Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu digadang-gadang telah mewakili kalangan muda yang layak memimpin Indonesia.

Salah seorang generasi Z asal Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara, Erwin Indra, 23, menilai penunjukkan Gibran jadi cawapres perlu dipikirkan ulang. Menurutnya, pengalaman dua tahun memimpin atau menjadi kepala daerah masih perlu ditambah.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

“Sebenarnya boleh-boleh saja kalau pemimpinanya muda. Tapi yang jadi catatan, dia [Gibran] kan baru dua tahun jadi wali kota Solo. Bagi kami yang enggak warga sana [Solo], masih samar-samar menilainya,” ujar Erwin kepada Solopos.com, Selasa (24/10/2023).

Kendati masih samar, Erwin cukup setuju bila Gibran maju sebagai cawapres untuk mewakili kaum muda. Namun, hal tersebut bakal lebih meyakinkan bila putra sulung Jokowi itu sudah mengeluarkan gagasan-gagasan atau programnya.

“Tapi nanti coba dilihat. Apakah benar-benar mewakili kaum muda? Maka harapanya, ya semoga mendengarkan dan mengimplementasikan gagasan para kaum muda jika terpilih. Membuka jalan bagi kaum muda yang berani memulai bisnisnya, membantu meningkatkan daya tarik beli produk lokal, naik level usaha kecil mikro menengah (UMKM). Sehingga kaum muda bisa terampil berbisnis karena kaum muda adalah kaum produktif untuk negeri,” harapnya yang juga sebagai pelaku UMKM.

Hal berbeda disampaikan oleh Warga Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali, Arizal Muhammad Vahlevi, 25. Ia menilai Gibran terlalu dini untuk maju sebagai cawapres mengingat pengalamanya masih dua tahun menjadi wali kota Solo dan keterpilihanya penuh dengan kontroversi di masyarakat.

“Sebenarnya ada waktunya dia untuk maju jadi cawapres. Cukup kecewa sih kenapa dia enggak mengikuti jejak bapaknya yang bertahap dari wali kota, gubernur, terus akhirnya presiden,” kata Rizal.

Sementara itu, Pengamat Politik dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Wahid Abdulrahman, menilai sosok milenial di Indonesia tak terbatas hanya pada Gibran. Sehingga mengenai sosok putra sulung Presiden Jokowi itu, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) ini mengaku masih belum melihat representasi generasi Z atau muda dalam diri wali kota Solo.

“Terlepas dari isu milenial. Tugas Mas Gibran ke depan ini akan sangat berat karena telah memikul representsi dari kaum muda. Karena bagaimana kemudian tawaran-tawaran program yang bisa dicetuskan Mas Gibran sebagai representasi kelompok muda?” tanya Wahid.

Mulai saat ini, lanjut Wahid, Gibran harusnya sudah mulai mencetuskan atau menonjolkan terobosan serta gagasan yang beda atau bisa merepresentasikan kaum muda. Hal tersebut dinilai perlu untuk semakin memantapkan kaum milenial yang akan memilih Gibran nanti.

“Jadi apa nanti yang akan ditonjolkan? Kalau sama kaya yang lain, ya buat apa isu milenial ditonjolkan. Maka harusnya mulai sekarang sampaikan gagasan apa yang akan menguntungkan bagi pemilih, khususnya milenial,” ujarnya.

Senada juga disampaikan oleh Pengamat Politik dan Pemerintahan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Nur Hidayat Sardini. Ia menilai sosok Gibran belum layak untuk menjadi keterwakilan kaum muda.

“Saya rasa Mas Gibran ini masih perlu kerja keras politik untuk mendefinisikan apakah identik dengan suara kaum muda. Karena sampai sejauh ini, tidak terdefinisikan,” kata Hidayat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya