Jateng
Rabu, 19 Januari 2022 - 17:36 WIB

Goa Jatijajar Jadi Tambang Fosfat Besar di Masa Penjajahan Jepang

Yesaya Wisnu  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Belasan mahasiswa asing mengunjungi Objek Wisata Goa Jatijajar. (Antara-Wisnu Adhi)

Solopos.com, KEBUMEN — Selain dikenal dengan bebatuan stalakit dan stalagmit yang memukau, Goa Jatijajar di Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah juga dikenal kekayaan bebatuan fosfat. Saking besarnya potensi bebatuan fosfat di sana, pada masa kolonialisme Jepang, gua ini dimanfaatkan sebagai pertambangan batu fosfat.

Berdasarkan pantauan Solopos.com melalui kanal Youtube, Selasa (18/1/2022), berdasarkan penjelasan dari salah satu sesepuh setempat bernama Agus, batu fosfat terbentuk dari kotoran kelelawar yang kemudian mengeras dan menjadi fosil atau bebatuan. Pada masa kolonial Jepang, fosfat dijadikan bahan tambang sebagai material pupuk yang berguna bagi pertanian.

Advertisement

Sementara itu, dilansir dari berbagai sumber, batu fosfat atau guano fosfat yang berada di Goa Jatijajar ini diketahui terbentuk oleh adanya hewan-hewan penghuni gua, seperti kelelawar dan burung. Kawanan hewan ini menghasilkan kotoran yang terakumulasi di suatu tempat sehingga membentuk fosfat.

Baca juga: Jelajah Goa Jatijajar, Surga Perut Bumi

Advertisement

Baca juga: Jelajah Goa Jatijajar, Surga Perut Bumi

Batuan fosfat yang juga merupakan endapan ini biasanya ditemukan dalam bentuk butiran atau bisa juga dalam bentuk bongkahan. Endapan fosfat guano di dalam gua tersebut mengandung komposisi kalsium fosfat  yang tinggi, sehingga cocok sebagai bahan baku pupuk untuk menyuburkan tanah dan tanaman.

Lebih jelasnya, endapan guano fosfat ini dihasilkan dari suatu reaksi kotoran hewan, yakni kelelawar dan burung dengan batu gamping yang mengandung asam fosfat karena dipengaruhi air hujan dan air tanah.

Advertisement

Baca juga: Siapa Ki Semar Leluhur Tanah Jawa? Inikah Jawabannya?

Tempat penambangan batu fosfat di Goa Jatijajar (Sumber : Youtube)

Manfaat Fosfat

Batu fosfat ini juga mengandung mineral yang terbentuk dari reaksi kotoran hewan serta batu gamping yang lama-kelamaan mengeras dan menempel di dinding gua. Penambangan guano fosfat ini dilakukan dengan cara sederhana, karena cadangan endapan tersebut relatif sedikit. Sedangkan untuk cadangan yang lebih besar dilakukan dengan cara semi mekanis.

Pengolahan dari endapan guano fosfat melalui beberapa tahapan, yaitu pengeringan dan pemisahan kotoran, pencampuran dan solidifikasi, pembutiran serta pengantongan. Pupuk dari material guano fosfat ini dapat memperbaiki dan memperkaya struktur tanah karena mengandung material organik sebagai fungisida alami sebanyak 40%.

Advertisement

Baca juga: Misteri Nyi Blorong di Goa Karang Bolong Kebumen

Selain itu kandungan N-P-K yang telah cocok digolongkan sebagai pupuk, mampu mengontrol nematoda merugikan di dalam tanah hingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan daun baru dan proses fotosintesis pada tanaman.

Menurut beberapa literatur, jenis endapan guano fosfat ini jarang ditemukan dalam jumlah besar, bahkan total ketersediannya di dunia hanya mencapai 2% saja dari seluruh sumber daya fosfat yang ada. Karena terbatasnya ketersedian material fosfat ini di Indonesia, produksi fosfat belum dapat memenuhi kenbutuhan domestik, sehingga produsen pupuk harus mengimpor material dari beberapa negara penghasil fosfat, seperti Amerika Serikat, Maroko dan Tiongkok.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif