SOLOPOS.COM - Prosesi tumpeng songo di Grebeg Besar Demak. (Istimewa/pariwisata.demakkab.go.id)

Solopos.com, DEMAK — Perayaan Grebeg Besar Demak tak lepas dari sejarah perjuangan para wali songo dalam upaya menyebarkan agama Islam pada abad ke XV. Perayaan ini dilakukan setiap setahun sekali pada bulan Zulhijah.

Perayaan tersebut bertepatan dengan Iduladha oleh masyarakat Muslim di Masjid Agung Demak. Perayaan dimulai pada malam hari menjelang tanggal 10 Zulhijah hingga pelaksanaan Salat Iduladha.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Istilah Grebeg Besar sendiri berasal dari dua kata Bahasa Jawa yaitu grebeg dan besar. Grebeg berarti suara angin yang menderu bisa juga diartikan sebagai pengiring atau perkumpulan.

Sedangkan kata besar merupakan nama bulan Zulhijah dalam Bahasa Jawa. Sehingga Grebeg Besar bermakna perkumpulan masyarakat Muslim di bulan Zulhijah.

Dilansir dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, cerita mengenai Grebeg Besar Demak diawali ketika para raja Jawa selalu menyelenggarakan selamatan kerajaan setiap tahun baru yang disebut Rojowedo yang berarti kebajikan raja.

Selamatan kerajaan tersebut seperti berkurban saat Iduladha yang dilakukan dengan mengurbankan hewan dengan tujuan agar Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan perlindungan dan keselamatan kepada raja dan kerajaan serta rakyatnya.

Grebeg besar merupakan kontribusi perjuangan wali songo dalam kegiatan menyebarkan agama Islam pada abad XV. Saat itu, Demak (Kasultanan Bintoro) sebagai pusat kerajaan Islam di pulau Jawa menjadi pencetus ide beragam acara atau ritual yang hingga saat ini masih dilaksanakan warga setempat hingga luar daerah.

Para wali yang dekat dengan raja maupun kerabat Kerajaan Bintoro memberikan pengaruh sehingga budaya kerajaan Demak berpadu dengan budaya Islam. Di mana, salah satunya menggagas Grebeg Besar sebagai media dakwah.

Bentuk kegiatannya adalah ziarah ke makam para sultan Kasultanan Demak dan ke makam Sunan Kalijaga. Dimulai dengan acara silaturahmi antara pihak kesepuhan Kadilangu dengan Bupati dan Wakil bupati Demak, beserta jajaran Muspida Demak.

Bupati Demak bersama rombongan bersilaturrahmi ke Kesepuhan Kadilangu di tempatkan di Pendapa Noto Bratan Kadilangu Demak.

Sesepuh Kadilangu dan keluarga Kasepuhan kemudian bersilaturrahmi ke Kabupaten Demak, dilanjutkan dengan ziarah ke makam-makam leluhur Sultan Bintoro dan Sunan Kalijaga.

Bupati kemudian membuka Grebeg Besar di lapangan Tembiring Jogo Indah. Malam menjelang Iduladha dilakukan tumpeng sanga sebagai simbol kontribusi wali songo dalam dakwah Islam. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Masjid Agung Demak.

Pagi pada tanggal 10 Zulhijah, masyarakat melaksanakan Salat Iduladha di Masjid Agung Demak. Setelah itu, dilakukan ritual utama dalam Grebeg Besar Demak berupa penyucian benda pusaka yang disebut dengan uborampe.

Tujuan diadakannya Grebeg Besar Demak ini bukan hanya digunakan sebagai upacara adat dan hiburan. Melainkan juga sebagai media penyatuan nilai-nilai kemasyarakatan dan objek pariwisata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya