Jateng
Kamis, 10 September 2015 - 19:50 WIB

GUNUNG BERAPI : Pendaki Dilarang Bermalam di Gunung Slamet

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Gunung Slamet (JIBI/Solopos/Antara)

Gunung berapi Gunung Slamet dinilai masih berbahaya bagi pendaki yang ingin bermalam di gunung tersebut.

Solopos.com, PEKALONGAN- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melarang para pendaki bermalam di kawasan puncak Gunung Slamet karena kondisi yang masih relatif cukup membahayakan.

Advertisement

Kepala Pos Pengamatan Gunung Slamet PVMBG di Desa Gambuhan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Sudrajat di Pemalang, Kamis (10/9/2015), mengatakan meski jalur pendakian ke Gunung Slamet sudah dibuka kembali tetapi para pendaki tidak diperkenankan bermalam di puncak gunung yang berada di wilayah perbatasan Kabupaten Banyumas, Tegal dan Pemalang itu.

PVMBG merupakan salah satu unit organisasi di lingkungan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

“Jalur pendakian ke Gunung Slamet sudah dibuka kembali bersamaan dengan penurunan status gunung tetapi kami minta para pendaki tidak nekat bermalam di puncak Gunung Slamet,” katanya.

Advertisement

Ia mengatakan kondisi di puncak Gunung Slamet terdapat kawah yang masih aktif dengan lava dan gas sehingga cukup berbahaya jika aktivitas gunung mendadak tinggi.

Selain itu, kata dia, para pendaki juga diminta tidak membuang sampah di kawasan gunung, mematikan api unggun dan tidak membuang puntung rokok yang masih menyala secara sembarangan.

Menurut dia, kebakaran hutan Gunung Slamet yang terjadi belum lama ini sudah dapat dipadamkan sehingga tidak sampai menjalar ke lokasi lainnya.

Advertisement

Petugas Pos Pengamatan Gunung Slamet, Sukedi mengatakan kobaran api yang berada di sebelah barat gunung, tepatnya di bukit Igir Klanceng yang berada di perbatasan Kabupaten Tegal-Brebes-Banyumas, dan masuk wilayah Perhutani KPH Banyumas Timur sudah tidak terlihat lagi.

“Kebakaran hutan di Gunung Slamet sudah dapat dipadamkan oleh petugas SAR, Perhutani dan masyarakat,” katanya.

Ia menambahkan kebakaran hutan di Gunung Slamet itu karena diduga pendaki membuang puntung rokok yang masih menyala sehingga membakar daun kering.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif