SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis/Alby Albahi)

Solopos.com, SEMARANG — Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) menyebut harga beras yang terbilang mahal saat ini justru membuat petani di Jateng semringah. Hal itu dikarenakan naiknya harga beras turut mendongkrak nilai tukar petani.

Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua KTNA Jateng, Hardiono, kepada Solopos.com, Kamis (22/2/2024). Hardiono menyebut harga beras yang tinggi saat ini turut mendongkrak harga gabah petani. Harga gabah kualitas baik yang sebelumnya dibanderol Rp4.500-Rp5.000 per kg, naik menjadi Rp7.000-Rp8.000 per kg.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

“Maka bagi petani sebenarnya saat-saat seperti ini adalah musimnya. Banyak [petani] yaang semringah, tersenyum, dan bersyukur. Apalagi saat ini musimnya panen. Namun di satu sisi pemerintah harus mencukupi kebutuhan masyarakat lewat beras Bulog, supaya seimbang di lapangan [pasar],” tutur Hardiono.

Hardiono menambahkan kenaikan harga gabah yang mencapai Rp8.000 per kg juga baru kali ini terjadi. Menurutnya, sejak tahun 1993, nilai tukar gabah tak pernah tembus di angka Rp8.000 per kg.

“Seumur-umur saya jadi petani, baru ini harga gabah tinggi. Makanya, saya bilang ini musimnya petani. Terutama bagi petani yang memiliki sawah, karena 1 hektare sawah bisa menghasilkan 7,5 ton gabah,” terangnya.

Kendati demikian, Hardiono juga mengaku prihatin dengan harga beras yang tak kunjung turun. Padahal, pada masa kepemimpinan Presiden ke-2 RI, Soeharto, meski harga gabah tinggi, swasembada pangan tetap terjaga.

“Dulu semasa teknologi belum canggih, saat masa Pak Harto, bisa swasembada [pangan]. Sekarang, teknologi makin canggih kok malah enggak bisa. Apakah produk kita tidak sesuai harapan pemerintah? Apakah tidak imbang produksi petani dengan pertumbuhan penduduk? Itu yang kami juga kurang paham. Pastinya, harga beras tinggi itu karena kebutuhan yang tinggi dan stok yanng terbatas. Nah, stoknya bisa terbatas ini kenapa? Saya juga bingung,” ujarnya.

Sementara itu, disinggung terkait panen raya di Jateng, Hardiono mengaku jika hal itu akan terjadi bertepatan dengan bulan Ramadan dan Idulfitri atau bulan Maret dan April. Ia pun berharap panen raya bisa menyelamatkan Jateng dari inflasi dan menjawab kekhawatiran masyarakat akan terbatasnya stok pangan dan kenaikan harga beras.

“Saat panen raya nanti harga gabah bakal kembali normal [kisaran Rp4.500-Rp5.000 per kg]. Tapi enggak apa-apa, semoga harga beras juga bisa ditekan,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya