Jateng
Jumat, 23 November 2018 - 06:50 WIB

Harga Beras Medium Mulai Naik, Ini Cara Bulog dan Pemprov Jateng Tekan Harga...

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Harga beras medium di pasaran yang mulai merangkak naik, membuat Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) berusaha menerapkan strategi baru. Salah satunya, yakni menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) dalam pendistribusian cadangan beras pemerintah (CBP).

Kerja sama antara Bulog dengan Pemprov Jateng itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kota Semarang, Kamis (22/11/2018). Selain Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, dan Dirut Bulog, Budi Waseso, dalam acara itu turut hadir sejumlah kepada desa (kades) dari berbagai daerah.

Advertisement

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, mengatakan kerja sama antara Perum Bulog dan Pemprov Jateng itu akan melahirkan operasi pasar gaya baru. Beras medium yang berasal dari Bulog akan didistribusikan secara langsung ke masyarakat desa, melalui kepala desa maupun badan usaha milik desa (Bumdes) sehingga bisa disalurkan secara tepat ke masyarakat.

“Selama ini pola ke pasar [operasi pasar] seringkali tidak efektif. Masyarakat kerap mendapat beras yang tidak sesuai mutu dan dengan harga mahal. Maka perlu kita melakukan distribusi langsung ke masyarakat, terutama di desa,” ujar ujar Ganjar saat dijumpai wartawan seusai acara penandatangan.

Advertisement

“Selama ini pola ke pasar [operasi pasar] seringkali tidak efektif. Masyarakat kerap mendapat beras yang tidak sesuai mutu dan dengan harga mahal. Maka perlu kita melakukan distribusi langsung ke masyarakat, terutama di desa,” ujar ujar Ganjar saat dijumpai wartawan seusai acara penandatangan.

Senada juga diungkapkan Budi Waseso. Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu mengaku selama ini distribusi beras dari Bulog ke masyarakat melewati delapan tahap. Melalui cara ini, ia pun berharap bisa memutus rantai distribusi yang terkesan rumit dan kerap dimanfaatkan para tengkulak.

“Kita itu sering melakukan operasi pasar. Tapi, hasilnya enggak efektif. Beras yang sampai ke tangan masyarakat kerap berubah. Selain itu harganya lebih mahal. Semoga dengan cara ini lebih efektif, jadi operasi pasar gaya baru,” beber pria yang akrab disapa Buwas itu.

Advertisement

“Kalau untuk di Jateng saya menargetkan sekitar 3.000-5.000 ton per hari bisa terserap masyarakat di desa-desa. Nanti dari kepala desa tinggal melakukan pemesanan, biar dari Subdrive kami yang menyalurkan secara langsung,” imbuh Buwas.

Buwas berharap dengan konsep pendistribusian beras medium yang dikoordinasikan kepala desa, harga beras di pasaran bisa ditekan. Saat ini, harga beras medium di pasar bisa mencapai Rp9.500-Rp11.000 per kilogram.

“Padahal harga dari kami sekitar Rp8.250 per kg. Sementara, mitra Bulog menjual Rp8.500 per kg,” imbuh Buwas.

Advertisement

Buwas menambahkan strategi ini untuk sementara baru diterapkan di Jateng. Jateng menjadi pilot project, sebelum diterapkan ke provinsi lain.

Pemilihan Jateng sebagai pilot project tak terlepas dari keberhasilan dalam pengendalian pangan nasional yang dibuktikan melalui penghargaan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) selama tiga tahun beruntun, 2015-2017.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif