SOLOPOS.COM - Slamet, pelaku UMKM saat mengolah geplak waluh yang membutuhkan bahan dasar gula pasir. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SEMARANG – Memasuki pertengahan bulan Ramadan, harga gula pasir di pasaran masih terbilang tinggi. Hal tersebut berpengaruh terhadap produsen jajanan di Kabupaten Semarang yang membutuhkan gula pasir.

Salah satu pelaku UMKM yang terdampak yakni produsen jajanan oleh-oleh asal Getasan, Kabupaten Semarang, Slamet. Saat ini, Slamet memproduksi berbagai produk olahan dari labu kuning atau waluh. Di samping itu bahan-bahan produksi juga membutuhkan kelapa dan gula pasir.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

“Satu kali produksi per resep itu kira-kira membutuhkan masing-masing 15 kilogram baik itu labu kuning, kelapa, dan gula pasir,” ungkapnya, Minggu (24/3/2024).

Dia menyampaikan untuk mendapatkan kebutuhan dua bahan baku utama, yakni kelapa dan labu kuning tidak terlalu susah dan harganya masih stabil. Tetapi untuk gula pasir, bahkan sebelum memasuki bulan puasa harganya sudah mengalami kenaikan.

“Saya setiap mau beli gula pasir itu pasti satu sak isi 50 kilogram itu harga normalnya sekitar Rp635.000. Dan kemarin saya beli itu harganya sudah di Rp807.500 per sak,” terangnya.

Meskipun berpengaruh pada produksi, ia tidak mau meningkatkan harga produknya dengan alasan tidak tega dengan pelanggan. Karena menurutnya lonjakan harga gula pasir ini hanya menjelang Lebaran saja.

“Mau naikan harga tidak tega, karena lonjakan harga ini kan menjelang Lebaran, tetapi waktu hari biasa pasti turun lagi. Biarlah kami untung sedikit tetapi pelanggan masih setia dan tetap,” katanya.

Ia bercerita tidak mengurangi takaran gula pasir dalam adonan atau sesuai resep yang ada. Sehingga nantinya hasil makanannya tidak ada perubahan dari segi rasa.

Di bulan Ramadan ini, ia mengatakan menambah produksi dan menyediakan stok untuk dijual pada momen Lebaran. Namun tidak semua produk, kata dia, hanya produk yang memiliki ketahanan yang lama seperti egg roll, stik, galek, dan emping.

“Untuk pemesanan atau permintaan masih belum meningkat karena masih di awal Ramadan. Namun nanti perkiraan saya akan meningkat 200 persen menjelang Lebaran,” tandasnya.

Produk makanan berbahan baku labu kuning atau waluh tersebut dipasarkan di berbagai pusat oleh-oleh yang ada di Magelang, Kabupaten Semarang, Boyolali, Solo, dan Kota Semarang. Selain itu, produk jajanan itu juga dijual di kawasan Kopeng dan sekitarnya. Produsen menitipkan produknya di pusat-pusat keramaian seperti tempat wisata, hotel, dan pasar.

“Tidak hanya di kawasan Jawa Tengah, untuk pemasaran online hingga keluar pulau Jawa seperti ke Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera,” terangnya.

Slamet menyebutkan berbagai produknya dibanderol dengan harga mulai dari Rp15.000 hingga Rp35.000 tergantung jenis dan berat makanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya