Jateng
Selasa, 22 November 2016 - 11:50 WIB

HARGA KEBUTUHAN POKOK : Disperindag Jateng Usut Alur Pemasaran Cabai dan Bawang Merah

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi komoditas perdagangan cabai rawit (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harga sebagian kebutuhan pokok warga yang melonjak membuat Disperindag Jateng berinisiatif mengusut alur pemasaran komoditas itu.

Semarangpos.com, SEMARANG — Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Tengah (Jateng) akan menelusuri alur pemasaran komoditas cabai dan bawang merah dari para petani. Langkah itu dilakukan karena harga kedua kebutuhan pokok masyarakat itu melonjak drastis.

Advertisement

“Kalau berbicara distribusi kan artinya nasional, tidak bisa hanya Jawa Tengah,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Jateng Muhammad Santoso di Semarang, Senin (21/11/2016).

Menurut dia, langkah tersebut perlu dilakukan untuk memastikan bahwa kebutuhan di pasar Jawa Tengah dapat dipenuhi oleh para petani lokal. Sebagai gambaran, ketersediaan cabai rawit pada bulan November di Jawa Tengah sebanyak 7.298 ton, sedangkan konsumsinya 5.084 ton.

“Artinya ini kan surplus, data ini sangat menarik mengingat harga cabai justru meningkat. Ini akan kami telusuri lebih lanjut dengan melihat data di lapangan. Apakah memang ke luar provinsi atau untuk memenuhi kebutuhan industri, bisa jadi kan karena kebutuhan industri meningkat,” katanya.

Advertisement

Menurut dia, melihat kondisi ketersediaan komoditas pokok khususnya cabai merah dan bawang merah di Pasar Johar saat ini tidak seperti sebelumnya. “Kalau sebelumnya ketersediaan di Pasar Johar ini bisa untuk suplai di pasar-pasar lain di Semarang, di antaranya Pasar Bulu, Pasar Karangayu, dan Pasar Peterongan, tetapi kondisinya sekarang mau suplai ke pasar-pasar tersebut juga sulit,” katanya.

Akibatnya, para pedagang pasar ini terpaksa harus mendatangkan beberapa komoditas pokok dari daerah lain di antaranya Sulawesi Selatan, Bali, Madura, dan beberapa daerah di Jawa Timur. “Akibat yang lain adalah harga jual komoditas mengalami peningkatan, ini akan berpengaruh terhadap ekspektasi terhadap masyarakat. Pada dasarnya stok ada dan harga dari petani tidak setinggi di pasar,” katanya.

Sementara itu, mengenai langkah intervensi diakuinya sudah dilakukan oleh Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). “Kami sebenarnya ada intervensi ketetapan harga sesuai HET tetapi memang yang terjadi adalah suplainya kurang. Ini yang akan segera kami telusuri,” katanya.

Advertisement

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif