SOLOPOS.COM - Ilustrasi industri garam. (/JIBI/Solopos/Dok.)

Harga garam terus melambung, pedagang bahan kebutuhan pokok di Semarang pun mencoba mendatangkan komoditas itu dari Jatim.

Semarangpos.com, SEMARANG — Sejumlah pedagang bahan kebutuhan pokok di Kota Semarang terpaksa mendatangkan komoditas garam dari Jawa Timur menyusul terjadinya kelangkaan di Jawa Tengah. Garam yang biasanya didapat dari Purwodadi dan Jepara sejak sebelum Lebaran lalu sangat sulit diperoleh

Promosi BRI Kembali Gelar Program Pemberdayaan Desa Melalui Program Desa BRILiaN 2024

Kelangkaan menyebabkan harga garam sebagai bahan kebutuhan pokok masyarakat Semarang terus melonjak. “Biasanya saya ambil dari Purwodadi dan Jepara, tetapi sejak sebelum Lebaran lalu garam sangat sulit diperoleh,” ungkap Febri, salah seorang pedagang di Pasar Karangayu Semarang, Jumat (28/7/2017).

Beberapa hari menjelang Lebaran 2017 lalu, dia mengaku sempat tidak menjual garam akibat kelangkaan tersebut. Ia mengatakan garam baru tersedia atau disalurkan oleh distributor setelah Idulfitri 1438 H berlalu. “Pada saat itu harga sudah mengalami kenaikan, kalau untuk kemasan 250 gram biasanya Rp1.000 saat ini menjadi Rp2.000,” ucapnya.

Meski awalnya para pembeli sempat menanyakan adanya kenaikan harga tersebut, dikatakannya, sejauh ini tidak ada penurunan pembelian dari konsumen. “Soalnya kebanyakan konsumen kan tidak membeli dalam jumlah banyak, garam juga habisnya sampai mingguan baru kemudian beli lagi. Jadi kenaikannya tidak terlalu berdampak pada pembelian,” tuturnya.

Pedagang lain, Lusi mengakui kenaikan harga garam sempat memengaruhi penjualan garam di tokonya. “Ada beberapa konsumen yang beli dalam jumlah besar karena mungkin dia pedagang, kalau hanya konsumen rumahan belinya 1-2 bungkus,” katanya.

Ia mengatakan konsumen yang biasanya beli dalam jumlah besar beberapa pekan ini mengurangi pembelian. Sebagai gambaran, jika dalam sekali belanja bisa membeli hingga 10 bungkus, untuk saat ini hanya membeli 6-7 bungkus kemasan 250 gram.

“Mungkin awalnya beli banyak untuk persediaan ke depan, sekarang belinya secukupnya. Mereka menunda pembelian sambil menunggu harga garam kembali stabil,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah Lalu M. Syafriadi mengatakan faktor alam menjadi salah satu penyebab turunnya produksi garam di Jawa Tengah. “Tahun 2016 terjadi lanina, produksi garam turun hingga 10%, dampak ini terasa hingga tahun 2017,” katanya.

Terkait hal itu, pihaknya berharap untuk sementara waktu pemerintah membuka keran impor untuk komoditas garam. Bujukan meloloskan regulasi garam impor itu disebutnya sebagai alasan agar harga garam di pasaran segera stabil.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berencana membuka impor garam konsumsi untuk mengatasi kelangkaan. Ia mengatakan sebelum ada panen, pemerintah akan meminta PT Garam (Persero) melakukan impor garam guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya