SOLOPOS.COM - Kopi Robusta. (Ilustrasi/JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, SEMARANG — Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng mewaspadai lonjakan permintaan menyusul terjadinya kenaikan harga kopi di tingkat regioal, bahkan di tingkat global. Peningkatan permintaan di pasaran mengakibatkan harga kopi robusta langsung meroket.

Di tingkat global, harga kopi robusta mencapai rekor tertinggi dalam 12 tahun terakhir. Sejumlah negara penghasil kopi robusta di tingkat global, seperti Brasil, Vietnam, dan Kolombia.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Di tingkat Jateng, kenaikan robusta diketahui sudah terjadi dalam tiga tahun terakhir. Tak cuma jenis robusta, tapi juga arabika. Sejumlah antisipasi pun telah dilakukan sejak jauh-jauh hari.

Selama ini, Distanbun Jateng masih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Langkah tersebut diambil mengingat tingginya permintaan dari konsumen industri dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Kami dari pemerintah memfasilitasi dari pengadaan benih atau bibit kopi unggul yang bersertifikat. Harapannya, karena kopi itu tanaman yang tidak bisa langsung menghasilkan tapi butuh waktu minimal tiga tahun, maka dari awal kami perhatikan kualitas benihnya, supaya ketika masuk musim panen tanaman ini berbuah bagus dengan produktivitas yang tinggi, dan dengan mutu yang sesuai kebutuhan pasar,” jelas Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Distanbun Jateng, Cisilia Sunarti, seperti dikutip dari Bisnis.com, Rabu (17/5/2023).

Penurunan produksi kopi jenis robusta di tingkat global sangat dipengaruhi oleh faktor perubahan iklim yang terjadi secara menyeluruh. Di Jateng, kondisi tersebut diantisipasi dengan mendorong penerapan good agricultural practice (GAP) yang baik serta memperkenalkan inovasi teknologi di antaranya teknologi solar dryer pada petani-petani kopi di daerah.

“Petani di Jawa Tengah juga punya teknologi sederhana sendiri dalam penjemuran kopi berupa plastik dengan bambu, supaya tidak kehujanan ketika menjemur biji kopi. Itu sudah berjalan dari petani secara mandiri,” jelas Cisilia.

Analis Pengelolaan Komoditas Perkebunan Distanbun Jateng, Muhsoni, menambahkan kebutuhan dalam negeri belum sepenuhnya dapat dipenuhi dari produksi kopi yang ada.

Selain itu, kemampuan sebagian besar petani memenuhi permintaan ekspor dengan tuntutan standar keseragaman kualitas kopi dan kontinuitas pemenuhan kuota menjadi tantangan tersendiri bagi petani di Jateng.

Para petani juga tidak serta-merta diuntungkan dengan harga ekspor tersebut. Dengan volume permintaan yang relatif besar, petani bisa saja mendapat harga yang berada di bawah harga pasar dalam negeri. Sehingga petani harus selektif dalam memilih pasar atau penjualan kopinya.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Harga Robusta Pecah Rekor, Ini Langkah Jawa Tengah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya