Jateng
Sabtu, 4 Maret 2023 - 13:26 WIB

Hasil Panen Durian di Jawa Tengah Turun, Distanbun Ungkap Penyebabnya

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pedagang durian menjajakan komoditas jualannya. (JIBI/Solopos/Antara/Rahmad)

Solopos.com, SEMARANG — Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah (Jateng) mencatat produksi atau hasil panen buah durian di Jawa Tengah (Jateng) mengalami penurunan pada tahun 2023 ini. Salah satu penyebabnya, tak lain dikarenakan faktor cuaca yakni musim panen yang bersamaan dengan puncak musim hujan.

Kepala Bidang (Kabid) Holtikultura Distanbun Jateng, Ani Mulyani, mengungkapkan selain hasil panen atau produksi buah durian yang turun, rasa durian saat ini juga tidak sebagus tahun-tahun sebelumnya.

Advertisement

“Kadar kemanisan durian yang dipanen akhir tahun kemarin, sampai awal tahun ini, berkurang 40 persen. Kalau untuk jumlah buah yang dipanen, otomatis tidak sebanyak tahun lalu. Kira-kira ada penurunan 10 persen,” kata Ani, Jumat (3/3/2023) sore.

Berdasarkan data yang dihimpun Distanbun Jateng, hasil panen durian di Jateng tahun ini hanya mencapai 2.118.982 buah. Jutaan buah itu berasal dari sekitar 1.241.246 batang pohon.

Advertisement

Berdasarkan data yang dihimpun Distanbun Jateng, hasil panen durian di Jateng tahun ini hanya mencapai 2.118.982 buah. Jutaan buah itu berasal dari sekitar 1.241.246 batang pohon.

Sedangkan untuk sentra penghasil durian, lanjut Ani, selama ini letaknya ada di kabupaten di dataran tinggi atau pegunungan. Salah satunya yakni berada di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

“Misal yang di Ngargoyoso, itu [durian] memang kebetulan duriannya varietas lokal. Manisnya sangat terasa mantap, buahnya tebal, walaupun ciri durian lokal buahnya kecil. Tapi saya rasa dari mutu rasanya enggak kalah sama montong. Malahan rasanya lebih mantap yang lokalan,” akunya.

Advertisement

“Kalau di Banyumas kan ada bawor yang selama ini populer. Terus Semarang ada durian khasnya Gunungpati, terus di Mijen ada yang namanya durian Yuyem. Nah yang wilayah Jepara ini, dari dulu ada durian petruk. Cuman semakin jarang ditemukan masyarakat,” bebernya.

Ani menuturkan jika jumlah pohon yang menghasilkan durian petruk semakin sedikit. Fenomena ini disinyakir karena bibit yang dibudidayakan jumlahnya terbatas.

“Kalau orang ke Jepara pas panen durian, sudah jarang menemukan yang varietas petruk. Padahal itu dikenal khasnya Jepara. Mungkin saja pohonnya tinggal sedikit,” ungkapnya.

Advertisement

Sementara itu, Pejabat Pengendali Ekosistem Hutan Muda Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng, Budi Ambong, menggambarkan kalau dari segi penampilan fisik, durian petruk dapat dikenali dari bentuk yang lonjong memanjang. Kemudian pada bagian kulitnya, durian petruk agak tipis dibanding durian pada umumnya.

“Rasanya durian petruk dominan manis pahit, dagingnya tebal, bijinya gepeng atau kecil. Bentuk buahnya cenderung memanjang. Konon dulu varietas ini dibawa ke Thailand dan sukses dibudidayakan dengan nama montong,” tutup Ambong.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif