SOLOPOS.COM - Carolina Rachel Pirie, wisudawati berprestasi Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi UKSW Salatiga. (Istimewa)

Solopos.com, SALATIGA — Carolina Rachel Pirie tak pernah menyangka bisa mendapatkan predikat sebagai salah satu wisudawati berprestasi di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Sejak awal kuliah, dirinya mengaku tak pernah memikirkan untuk menjadi yang terbaik di Kampus Indonesia Mini.

Perempuan yang akrab disapa Achel ini mengaku kaget bercampur senang setelah mengetahui dirinya mendapat predikat sebagai wisudawati berprestasi dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mencapai 3,98. Selama kuliah, mahasiswa Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi (FTI) ini mengaku hanya menjalani dengan sebaik-baiknya.

“Ketika kuliah, saya merasakan urgensi menggunakan dan meningkatkan dengan baik kemampuan saya untuk bisa memberikan dampak ke manapun saya pergi,” terang mahasiswa asal Karawang, Jawa Barat ini kepada Solopos.com, Kamis (12/10/2023).

Dikatakan, sejak awal masuk kuliah, Achel hanya terus berusaha agar bisa memahami ilmu sesuai yang diajarkan para dosen. Selain itu, ia juga mengikuti kegiatan di luar akademik untuk mengembangkan soft skill. Hasil dari IPK tertinggi itu, merupakan imbas dari kerja keras saja ketika kuliah.

“Saya tidak fokus mengejar IPK yang tinggi. Yang penting fokus apakah materi yang disampaikan sudah saya pahami dengan baik? Jika belum, bagaimana saya bisa menjadi lebih paham lagi? Dari sini barulah IPK itu akan mengikuti, secara bertahap meningkat,” ungkap Achel.

Achel juga mengaku, orang tuannya tidak menyangka kalau dirinya menjadi mahasiswa berprestasi. Sebab orang tuanya hanya tahu kalau Achel menjalani masa kuliah dengan biasa-biasa saja.

“Orang tua juga tidak menyangka dan mereka juga bilang teringat salah satu anak dari kenalan mereka yang lulus dengan predikat yang sama dengan saya, tetapi di Negeri Paman Sam,” katanya.

Untuk mendapatkan prestasi itu, kata Achel, dirinya sempat kesulitan dalam hal mengatur waktu antara magang, bimbingan, dan mengerjakan tugas akhir.

“Biasanya saya mempunyai to do list untuk task apa saja yang perlu saya kerjakan, kapan harus selesai, kapan waktu untuk fokus mengerjakan tugas akhir, kapan waktu untuk magang,” terang Achel.

Diakuinya ketika mengerjakan tugas akhir itu, ada satu waktu di mana motivasi dan semangatnya menurun. Cara untuk mengatasinya adalah dengan mengambil waktu santai untuk sementara, seperti menonton film dan berkumpul bersama keluarga/teman.

“Setelah itu, saya kembali melanjutkan tugas akhir agar tugas bisa selesai sesuai dengan target,” ungkap dia.

Selama kuliah di UKSW, Achel mengaku mendapatkan berbagai hal yang menarik. Salah satunya bisa bertemu dan belajar dari teman-teman dan dosen yang berasal dari berbagai latar belakang dan daerah.

“Saya menikmati bagaimana lingkungan ini saling berinteraksi, saling bertukar pikiran, dan memberikan dukungan dalam pembelajaran juga. Dalam lingkungan pendidikan, di UKSW ada banyak perspektif dan pengalaman yang saya alami dalam hal keberagaman. Itu membuat saya terbuka dan mampu menerima perbedaan,” terangnya.

Setelah wisuda ini, Achel mengaku mempunyai cita-cita untuk melanjutkan studi S2 di luar negeri dengan jurusan yang berkaitan dengan user experience atau human computer interaction.

“Lantaran satu dan lain hal saya merasa perlu menunda mimpi saya ini. Untuk sekarang, fokus saya adalah membangun kemampuan dan pengalaman saya dalam dunia kerja,” tandas Achel.

Rektor UKSW Salatiga, Prof. Intiyas Utami, mengatakan dalam hal penerapan pembelajaran, UKSW terintegrasi antara pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat dengan case-based method maupun project-based method. Metode ini membentuk karakter dan profil lulusan yang mampu menjawab perubahan tantangan global.

“Kompetensi saja tidak cukup, seorang pemimpin butuh hikmat dan bijaksana dalam setiap tutur kata, sikap, dan perbuatannya. Saya berharap para wisudawan/wisudawati tidak berhenti belajar selepas dari kampus. Pembelajaran sepanjang hayat bisa dilakukan dengan berbagai cara. Kepekaan atas perubahan lingkungan, politik, ekonomi, sosial, budaya dan berbagai kemajuan teknologi memacu kita semua untuk adaptif, kreatif, dan berani mengubah tantangan menjadi peluang,” katanya.

Rektor Intiyas berpesan kepada seluruh wisudawan/wisudawati untuk menjadi minorita yang berdaya cipta (creative minority). Diharapkan setelah selesai masa studi ini menjadi pemimpin dan agen perubahan di lingkungan masing-masing.

“Banyak di antara alumni UKSW yang sudah berhasil menjadi pemimpin dan menjadi agen perubahan di berbagai bidang, baik di aras nasional maupun internasional. Dengan berlandaskan pada pengetahuan, berpikir kritis, maka pemimpin mendasari semua keputusannya dengan pertimbangan ilmiah dan berpegang teguh bahwa takut akan Tuhan sebagai awal pengetahuan,” terang Rektor.

Rekomendasi
Berita Lainnya