SOLOPOS.COM - Tim BPBD Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, bersama relawan melakukan upaya pembersihan jalan dari lumpur yang terbawa banjir bandang di Desa Wonosoco, Kecamatan Undaaan, Jumat (24/11/2023) malam. (Solopos.com - Antara/BPBD Kudus)

Solopos.com, KUDUS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng), memperkirakan banjir bandang yang melanda Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, disebabkan hutan yang ada di Pegunungan Kendeng gundul. Akibatnya, saat hujan deras air tidak terserap ke tanah dan menyebabkan banjir bandang.

“Dengan kondisi pegunungan yang gundul, tentunya curah hujan tinggi menyebabkan banjir bandang karena airnya tidak terserap ke tanah, melainkan langsung turun ke aliran sungai setempat,” kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kudus, Munaji, Sabtu (25/11/2023).

Promosi Wealth Management BRI Prioritas Raih Penghargaan Asia Trailblazer Awards 2024

Ia mengungkapkan banjir bandang yang di Desa Wonosoco terjadi pada Jumat (24/11/2023) pukul 18.30 WIB hingga pukul 19.30 WIB. Saat kejadian, kata dia, perkampungan di desa setempat tergenang air hingga 40 sentimeter (cm). Di antaranya yang terdampak di Rukun Tetangga (RT) 001, 002, 003, dan RT 004 RW 001, serta membawa material lumpur antara 5-10 cm ketebalannya.

Jumlah rumah warga yang terdampak mencapai 41 rumah, namun tidak ada yang mengalami kerusakan. Sebelum terjadi banjir bandang, kata dia, di daerah setempat terjadi hujan deras dari mulai pukul 18.15-19.00 WIB.

“Sungai setempat juga tidak mampu lagi menampung debit air kiriman dari kawasan pegunungan [Kendeng]. Kondisi ini diperparah dengan sedimentasi lumpur yang menyumbat jembatan di RT 003 RW 001 mengakibatkan air limpas ke jalan dan rumah warga,” ujarnya.

BPBD Kudus, imbuh dia, setelah mendapatkan laporan bencana banjir, langsung menuju tempat kejadian untuk melakukan pembersihan jalan dari lumpur dan beberapa rumah terdampak.

Pemerhati lingkungan Universitas Muria Kudus (UMK), Hendy Hendro, mengakui sebelum curah hujan makin meningkat sudah mengingatkan pemda setempat untuk melakukan antisipasi, khususnya di Desa Wonosoco yang memang gunungnya gundul, atau minim penghijauan.

“Tentunya harus ada upaya mengurangi dampak gundulnya hutan yang ada di Pegunungan Kendeng karena berbagai faktor,” ujarnya.

Di antaranya, karena alih fungsi lahan hutan, penambangan galian C, budidaya jagung atau tanaman semusim tanpa diimbangi dengan tanaman keras atau pohon. Selain itu, kata dia, kurang maksimalnya fungsi terasering yang tugasnya mengurangi laju erosivitas dan laju air permukaan, serta kurangnya tutupan vegetasi khususnya tanaman keras.

Menurut dia tindakan yang harus dilakukan, yakni merubah pola budidaya dari tanaman semusim yang dominan, menjadi tanaman keras produktif yang dominan, melakukan reboisasi dengan memanfaatkan tanaman produktif non-kayu, menerapkan budidaya wanatani agroforestri, melakukan recovery daerah pertambangan dengan menanami berbagai jenis pohon yang produktif non-kayu, serta membuat embung atau tampungan air di bekas penambangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya