Jateng
Kamis, 4 Februari 2016 - 17:50 WIB

IBU KOTA KABUPATEN SEMARANG : Daripada Pindah Ibu Kota, Warga Pinggiran Pilih Gabung Salatiga

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peta Kabupaten Semarang (wikipedia)

Pemindahan ibu kota kabupaten Semarang menjadi rencana pemerintah Kabupaten Semarang untuk lebih mendekatkan pelayanan publik dengan daerah-daerah yang selama ini berbatasan dengan Salatiga.

Semarangpos.com, UNGARAN – Rencana Pemerintah Kabupaten Semarang memindahkan ibu kotanya ke wilayah Tuntang atau Bawen mendapat respons kurang positif dari warganya, terutama yang tinggal berdekatan dengan Kota Salatiga.

Advertisement

Sebelumnya, Pemkab Semarang berencana memindahkan ibu kota Semarang, yang selama ini terletak di Ungaran ke wilayah Bawen atau Tuntang. Rencana ini bahkan sudah tertuang dalam Perda yang diajukan pada Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Semarang, pertengahan Januari lalu.

Rencana pemindahan ini selain dilandasi kekhawatiran daerahnya dicaplok Kota Salatiga, juga ingin lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, terutama yang berada di wilayah seperti Kecamatan Sukuh, Susukan, Tengaran, Kaliwungu, Getasan dan Pabelan.

Advertisement

Rencana pemindahan ini selain dilandasi kekhawatiran daerahnya dicaplok Kota Salatiga, juga ingin lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, terutama yang berada di wilayah seperti Kecamatan Sukuh, Susukan, Tengaran, Kaliwungu, Getasan dan Pabelan.

Namun, rencana Pemkab Semarang ini tak sepenuhnya mendapat dukungan dari warga. Beberapa warga justru lebih setuju dengan rencana pemekaran dan bergabung dengan wilayah Kota Salatiga.

Salah satu warga Desa Plumbon, Kecamatan Sukuh, Kabupaten Semarang, Yulianto, mengaku bukan tanpa alasan jika dirinya lebih setuju dengan usulan pemekaran daripada pemindahan ibu kota.

Advertisement

“Dari tempat saya ke Ungaran butuh waktu sekitar 45 menit. Sedangkan ke Salatiga, ke pusat kotanya, hanya butuh waktu 10 menit. Jarak jauh ini menyulitkan saya dalam mengurus surat-surat administrasi,” tutur Yulianto saat berbincang dengan Semarangpos.com, Kamis (3/2/2016).

Selain geografis, Anto menilai juga faktor pemerataan pembangunan menjadi pertimbangan dirinya memilih bergabung dengan Salatiga. Selama ini, ia ia menilai wilayah-wilayah yang terletak di pinggiran pembangunan infrastrukturnya kurang diperhatikan.

“Mungkin karena wilayah Kabupaten Semarang itu terlalu luas, jadi pembangunannya tidak merata. Jadi menurut saya solusinya bukan hanya pindah ibu kota, tapi lebih ke pemerataan pembangunan,” imbuhnya.

Advertisement

Senada juga diungkapkan salah satu warga Kabupaten Semarang, Afiq Muhammad. Melalui akun Facebook pribadinya, Afiq meminta Pemkab Semarang tak hanya sekedar memikirkan pindah ibu kota, tapi juga memperhatikan pembangunan di daerah perbatasan.

“Langkah yang bagus dari Pemkab karena tanggap. Semoga segera terealisasi membangun pusat pemerintahan yang baru. Jangan lupa infrastruktur juga harus diperhatikan, jangan lagi kita diejek kota tetangga jalanan kita banyak yang rusak,” komen Afiq dalam grup Facebook Semarang.

Secara geografis, Kabupaten Semarang memang memiliki cakupan wilayah yang luas. Di sebelah utara, kabupaten ini berbatasan dengan Kota Semarang, sementara selatan berbatas dengan Boyolali dan Magelang.

Advertisement

Sedangkan, sebelah timur berbatas dengan Boyolali dan Grobogan dan sebelah barat berbatas dengan Temanggung dan Kendal. Sementara di tengah-tengah terletak wilayah Kota Salatiga.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif