SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (JIBI/Solopos/Antara)

Inflasi Jateng saat ini bisa dipantau melalui website SiHati.

Semarangpos.com, SEMARANG-Sejak 2013, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengembangkan sebuah produk yang disebut Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi atau disingkat dengan SiHaTi. Kala itu, SiHaTi menjadi situs pemantau harga pertama di Indonesia.

Promosi Indeks Bisnis UMKM BRI: Ekspansi Bisnis UMKM Melambat tapi Prospektif

Dalam website SiHaTi dengan alamat hargajateng.org, dapat dengan mudah diketahui harga beras, bawang merah, cabe merah, minyak goreng, telur ayam, dan lain-lain. Masing-masing informasi harga tersebut disajikan oleh setiap kabupaten/kota di Jateng.

Terdapat tiga warna utama sebagai indikator, yakni warna biru (stabil), merah (harga naik), atau hijau (harga turun). Persentase kenaikan atau penurunan harga juga langsung diinformasikan. Hingga saat ini, setiap pihak yang membutuhkan pantauan posisi harga harian bisa dengan mudah mengunjungi situs itu.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, Bank Indonesia Jateng bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah Jateng kemudian mengembangkan produk ini yang kemudian disebut sebagai SiHaTi Generasi II.

Kepala Perwakilan BI Jateng Iskandar Simorangkir mengatakan SiHaTi telah dikembangkan sebagai aplikasi yang bisa diakses melalui mobile phone. Aplikasi itu bisa dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan terkait.

“Ini merupakan bagian dari upaya kami mengatasi lonjakan harga. Jika terjadi kondisi tertentu, pemangku kepentingan dapat mengambil tindakan cepat karena dalam aplikasi sudah disediakan wadah untuk melakukan virtual meeting. Jadi tidak perlu ketemu langsung,” ujarnya kepada Bisnis.com, belum lama ini.

Pengendalian harga yang dilakukan di tingkat daerah, imbuhnya, diharapkan dapat menjaga kondisi inflasi nasional. Keberadaan sistem ini diharapkan dapat memberikan akses informasi yang lebih cepat dan akurat.

Menurutnya, sejauh ini peran SiHaTi cukup besar, yang terbukti pada rendahnya tingkat inflasi Jateng pada tahun lalu. Inflasi Jateng pada 2015 tercatat 2,73%, lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 3,35%. Dia menambahkan inflasi Jateng adalah yang terendah dibanding kawasan lain di Jawa.

Deputi Gubernur BI Hendar mengatakan jumlah ponsel aktif di Indonesia saat ini telah lebih tinggi dari total jumlah penduduk. Jumlah ponsel aktif mencapai 281 juta, sedangkan jumlah penduduk sebanyak 251 juta.

“Artinya banyak orang yang memiliki ponsel lebih dari satu. Dan, sebanyak 9,4% dari pengguna ponsel pintar memanfaatkan ponselnya untuk mengakses informasi,” ungkapnya mengutip hasil riset pada 2015 yang diterbitkan di Amerika Serikat tersebut.

Selain kemudahaan aksesnya, Dia mengatakan keberadaan SiHaTi juga sejalan dengan program pemerintah pusat. Sistem informasi seperti ini dibutuhkan agar tidak muncul kesimpang-siuran terhadap harga pangan yang ada di pasar.

Itulah mengapa Gubernur Jateng Ganjar Pranowo kemudian mencatat betapa tenaga input menjadi pihak yang sangat berperan. Agar informasi yang disajikan lebih optimal, dia berharap tenaga input bisa secara disiplin selalu meng-update informasi setiap harinya.

Mengingat memang tidak jarang informasi harga dari daerah tertentu masih tertinggal sepekan ke belakang dibanding daerah lainnya.

“Saya bisa langsung instruksikan kepada pihak terkait. Misalnya, kalau harga beras sedang mahal, minta Bulog segera masukkan pasokan ke pasar. Semuanya bisa lebih cepat, tidak perlu rapat, repet, repot,” ujar Ganjar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya