Solopos.com, SOLO – Puncak Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-44 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) dibuka secara resmi oleh Ibu Negara Iriani Joko Widodo di Hotel Alila Solo, Rabu (15/5/2024). Acara pembukaan ini turut dihadiri oleh Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) yang merupakan istri para menteri serta sekitar 1.500 undangan.
Dalam sambutannya, Ketua Umum Dekranas, Wury Ma’ruf Amin, mengungkapkan Dekranas telah menjadi salah satu tonggak utama dalam mengembangkan potensi industri kerajinan di Indonesia sejak didirikan 44 tahun yang lalu.
“Perjalanan panjang ini penuh dengan tantangan, tetapi juga penuh dengan prestasi yang membanggakan,” ujar Wury yang merupakan istri Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Promosi
Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Indonesia, kata Wury, harus terus mengembangkan keterampilan, menjaga kualitas produk, dan terus memperluas jaringan pemasaran, tidak hanya di dalam negeri bahkan sampai ke mancanegara.
“Tetapi, yang tidak kalah penting kita juga harus memperhatikan keberlanjutan lingkungan, kesejahteraan, dan regenerasi para pengrajin. Dengan memperhatikan semua aspek ini kita berharap dapat mengembangkan warisan bangsa dengan baik,” kata Ketua Umum Dekranas ini kepada peserta pembukaan puncak peringatan HUT Dekranas ke-44.
Rangkaian kegiatan peringatan HUT ke-44 Dekranas berlangsung sejak Maret 2024. Panitia menyelenggarakan serangkaian kegiatan pelatihan, pendampingan, dan lokakarya yang bersinergi dengan semua Kementerian/Lembaga.
Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan pameran Dekranas Expo yang diselenggarakan di Pamedan Pura Mangkunegaran pada 15 s.d. 18 Mei 2024. Pameran ini terdiri dari 257 stan produk kerajinan unggulan Indonesia, stan kuliner Nusantara, dan layanan konsultasi pembinaan bagi para pengrajin.
Berkembang dengan Tenun
Monika Situmorang,21, menunjukkan keterampilannya menenun kain saat acara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-44 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) di Solo Rabu (15/5/2024).(Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi)
Stan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang mengusung tema Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tekun Tenun dan Kriya, menjadi salah satu stan yang menarik perhatian pengunjung Dekranas Expo. Dengan bangga, Kemendikbudristek memamerkan berbagai produk tenun dan kerajinan karya para peserta didik vokasi dari 14 Kabupaten/Kota di enam Provinsi.
Perhatian pengunjung juga tertuju pada dua penenun muda, yakni Monika Situmorang,21, dari Samosir dan Aninda Risdianti,22, dari Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang secara bergantian menunjukkan keterampilan menenun kain khas masing-masing daerahnya secara langsung di depan stan.
Aninda dan Monika merupakan contoh nyata dua remaja Indonesia yang telah merasakan betul manfaat dari program prioritas pemerintah melalui PKW Tekun Tenun dan Kriya yang diselenggarakan Direktorat Kursus dan Pelatihan (Ditsuslat), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi). Berkat PKW, keduanya bisa mengembangkan usaha mandiri dan bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari serta membantu memperbaiki ekonomi keluarga dan lingkungannya.
Aninda Risdianti merupakan lulusan program PKW tahun 2022 asal Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat ini, dia mengembangkan usaha tenun khas Lombok di rumahnya secara mandiri. Bahkan ia sudah mampu membuka lapangan kerja bagi orang-orang di sekitar tempat tinggalnya, serta dapat membantu mencukupi kebutuhan orang tuanya.
Saat ditemui di acara Dekranas Expo di Pamedan Mangkunegaran, Solo, Rabu (15/5/2024), Aninda bercerita awal mula pertemuannya dengan program PKW Tekun Tenun dan Kriya. Pengusaha tenun kain khas Lombok ini mengetahui PKW sekitar dua tahun laludari informasi yang diberikan teman ibunya. Tanpa berpikir lama, dia pun langsung mendaftarkan diri ke dalam program kerja sama Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) dengan Kemendikbudristek.
Menenun bukanlah hal baru baginya dan keluarga sebab tenun sudah menjadi semacam tradisi di lingkungannya. Bahkan anak-anak usia SD pun sudah dikenalkan dengan tenun khas Lombok. “Tujuan saya mengikuti PKW adalah untuk meningkatkan kemampuan. Ternyatahasil pelatihan ini sangat bermanfaat,” katanya.
Melalui PKW, Aninda merasa terbantu dalam melakukan inovasi dan pemasaran produk yang dia produksi. “Pertama yang kami pakai ini adalah pewarna alam. Memang prosesnya lebih panjang. Kalau yang usaha tenun lain menggunakan benang pabrikan. Kemudian dari sisi penjualannya, tenun di tempat lain ini dijualnya ke tengkulak dengan harga yang bisa dibilang hancur. Sedangkan produk saya, bisa dijual ke daerah lain, kalau ada acara Dekranasda bisa titip produk, harganya lumayan lebih tinggi dari harga jika dijual ke tengkulak,” jelasnya.
Di sisi lain, dia juga melibatkan teman-temannya untuk ikut memasarkan produknya. Aninda pun memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan produknya. Bukan hanya kain tenun yang diproduksi, dia juga rencana membuat produk turunan seperti baju dan busana lainnya.
Sementara itu, Monika Situmorang asal Samosir, Sumatra Utara mengikuti PKW tak lama setelah lulus SMA. Awal mula ia mengikuti PKW adalah karena tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah, kemudian berpikir untuk mencari sarana lain untuk meningkatkan pengetahuan termasuk keterampilannya.
Monika mengaku beruntung saat itu mendapatkan informasi mengenai adanya program PKW. Meski belum pernah menenun sebelumnya, tetapi dengan pelatihan yang didapatkannya di dalam PKW, ia semakin mantap menjalankan bisnis tenun.
“Setelah lulus PKW, kami dikasih bahan dan alat untuk dilanjutkan, belajar di rumah. Dari situ apa yang didapat di pelatihan saya kembangkan. Sekarang saya sudah bisa jualan lewat online, sudah buat nama usaha, merek Bamboo Tenun, yang saya bangun dari nol,” kata lulusan PKW tahun 2022 ini.
Dalam menjalankan usaha tersebut Monika melibatkan empat karyawan dari keluarganya. Dia pun merasa senang karena dengan menenun ia bisa memperbaiki ekonominya. “Biasanya jadi beban keluarga, kini gantian aku yang ngasih ke orang tua. Sudah bisa membelikan motor baru untuk bapak dari hasil tenun,” ungkapnya.
PKW Tekun Tenun dan Kriya merupakan kolaborasi antara Direktorat Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek bersama Dekranas. Tujuannya adalah untuk melahirkan para usahawan muda melalui pengembangan keahlian kerajinan tangan dan kekayaan budaya daerah asal mereka.
Aninda Risdianti merasakan manfaat program prioritas pemerintah melalui PKW Tekun Tenun dan Kriya yang diselenggarakan Ditsuslat, Ditjen Diksi, Kemendikbudristek.(Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi)
PKW Tekun Tenun dan Kriya
Dijalankan sejak tahun 2020, program PKW Tekun Tenun dan Kriya telah memberikan pengetahuan, keterampilan, dan modal usaha kepada ribuan pemuda Indonesia sebagai bekal berwirausaha di bidang kerajinan tangan tenun dan kriya.
Melalui kolaborasi dengan Dekranas, PKW Tekun Tenun dan Kriya menjadi salah satu program prioritas pemerintah melalui Direktorat Kursus dan Pelatihan di Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek. Tujuannya untuk menyiapkan para wirausahawan muda melalui pembekalan keahlian kerajinan tangan dan kekayaan budaya daerah asal mereka.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati mengungkapkan kolaborasi antara Dekranas dengan Kemendikbudristek tidak hanya menyiapkan peserta untuk memiliki keahlian dalam menghasilkan produk lokal, tetapi turut menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
“Sebagaimana kita tahu, Indonesia memiliki kekayaan budaya yang perlu dilestarikan. Maka dari itu, pendidikan vokasi melalui program PKW Tekun Tenun dan Kriya turut menyiapkan wirausahawan muda yang mampu memiliki rintisan usaha berkelanjutan,” kata Kiki.
Menurut Dirjen Diksi, produk lokal Indonesia seperti tenun dan kriya adalah kekayaan bangsa yang sangat berharga. Selain memiliki keunikan tersendiri, tenun dan kriya Nusantara juga bernilai seni tinggi, sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Untuk itu pemerintah sangat berkomitmen untuk memfasilitasi generasi muda agar mencintai, menghargai dan bahkan mampu melestarikan kekayaan tersebut.
Melalui semangat Merdeka Belajar, lanjut Kiki, PKW Tekun Tenun dan Kriya diharapkan dapat mewujudkan pendidikan vokasi yang menyenangkan bagi para peserta didik sehingga mereka lebih suka belajar dan mengasah kompetensi mereka. Bahkan tidak menutup kemungkinan selanjutnya berani untuk merintis jalan menjadi wirausahawan baru.
Program tersebut dijalankan dengan sasaran Anak Usia Sekolah Tidak Sekolah (ATS) usia 15 s.d. 25 tahun yang belum bekerja. PKW Tekun Tenun dan Kriya tidak hanya telah menyiapkan ribuan wirausahawan muda. Namun, program ini juga turut berperan dalam pelestarian warisan budaya Indonesia berupa aneka wastra khas nusantara.
Pendidikan Kecakapan Wirausaha Tekun Tenun dan Kriya rata-rata berlangsung sebanyak 125 – 300 jam pembelajaran. Sedangkan materi pelatihan meliputi materi kewirausahaan, materi manajemen usaha, materi keterampilan, dan materi rintisan usaha.
Pembelajaran dilaksanakan secara offline dengan dua metode. Pertama, peserta didik belajar di tempat kursus.Kedua, lembaga kursus yang mendatangi lokasi/tempat peserta didik. Misalnya di satu kelurahan yang memiliki banyak peserta didik tetapi terkendala transportasi.
Pada tahun kelima ini, PKW Tekun Tenun dan Kriya tidak hanya berkolaborasi dengan Dekranas/Dekranasda, tetapi juga Satuan Pendidikan SMK di bidang seni, yang juga menampilkan karya-karya mereka dalam Pameran HUT Ke-44 Dekranas.
Melalui PKW Tekun Tenun dan Kriya, Kemendikbudristek terus berkomitmen mendukung lahirnya sosok-sosok muda pelaku bisnis dan penghasil kerajinan tangan tenun dan kriya. Pada tahun 2020 program ini telah mendidik 1.000 peserta dan 646 lulusan telah merintis usahda.
Kemudian pada 2021 Kemendikbudristek mendukung 18 Dekranasda, kemudian mendidik 1.000 peserta di mana sebanyak 477 lulusan telah merintis usaha. Kemudian pada 2022 digelar 25 Dekranasda, mendidik 1.000 peserta dengan 639 lulusan telah merintis usaha. Selanjutnya pada 2023 digelar 39 Dekranasda, mendidik 1.699 peserta di mana 522 lulusan telah merintis usaha. Sehingga secara total program ini telah mendukung 82 Dekranasda, mendidik 4.699 peserta dan mendukung 2.284 rintisan usaha/pengusaha baru kerajinan Nusantara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik
Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini"
Klik link ini.