SOLOPOS.COM - Suasana malam di sentra kuliner Kampung Pecinan Semarang (unisbank.ac.id)

Solopos.com, SEMARANG – Hampir tiap kota pesisir di Jawa memiliki kampung Pecinan, tidak terkecuali di Jawa Tengah (Jateng). Sesuai namanya, wilayah Pecinan kental akan budaya China, mulai dari dominasi warna merah pada setiap bangunan, tempat ibadah kelenteng, hingga aksesoris dan kuliner khas Tiongkok.

Pecinan merupakan permukiman masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia yang telah ada jauh sebelum bangsa Eropa datang, terutama di bandar-bandar perdagangan sepanjang pesisir pantai utara Pulau Jawa. Pecinan juga memiliki nama lain yaitu Kampung China atau Chinatown.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Berikut 5 Pecinan di Jawa Tengah seperti dilansir dari berbagai sumber:

1. Lasem, Rembang

Lasem merupakan kampung pecinan tertua yang ada di Jawa Tengah. Lasem berada di Desa Karangturi, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, merupakan perkampungan atau kompleks pecinan kuno yang dibangun oleh orang Tiongkok yang menetap di Lasem, Rembang.

Setidaknya terdapat 241 bangunan rumah kuno di kawasan pecinan ini. Bangunan rumah yang berada di lingkungan Lasem memiliki arsitektur yang kental akan nuansa Tiongkok. Ciri khas utama dari rumah ini adalah bangunannya yang dikelilingi oleh tembok tinggi yang berwarna merah menyala.

Wilayah Lasem sempat tidak terawat dan sudah beberapa kali mengawali pergantian pemilik. Awalnya kampung ini digunakan sebagai tempat perdagangan candu (opium), kemudian berpindah tangan ke keluarga pengusaha roti menjadikan tempat ini sebagai sarang burung walet. Untuk saat ini kepemilikannya dipegang oleh seorang pengusaha dari Lasem, beliau mengembalikan struktur bangunan kembali seperti aslinya yakni berarsitektur China Hindia.

2. Pecinan Semarang

Pecinan Semarang merupakan kampung Pecinan di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), yang sangat cocok dijadikan destinasi wisata. Kawasan ini sangat dekat dengan kompleks Kota Lama, Semarang dan cocok untuk belajar sejarah budaya.

Selain itu, Pecinan Semarang juga memiliki julukan kawasan 1.001 Klenteng karena ada 11 kelenteng yang berada di kawasan ini dengan jarak yang sangat berdekatan. Salah satu kelenteng yang terkenal di Pecinan Semarang adalah Kelenteng Tay Kak Sie, yang memiliki bangunaan megah di Gang Lombok.

3. Pecinan Sudiroprajan, Solo

Sudiroprajan adalah nama sebuah kelurahan di Kota Solo. Nama Sudiroprajan juga dikenal sebagai kampung pecinan terbesar di Kota Solo, Jawa Tengah, yang secara administrasi terletak di Kecamatan Jebres, atau belakang kompleks Pasar Gede.

Yang membuat kawasan ini menarik adalah tingginya nilai toleransi antar penduduknya. Kebersamaan antara keturunan Tionghoa dan Jawa menyatu padu dan tak jarang mereka menikah walaupun berbeda etnis.

Toleransi tersebut juga semakin kuat berkat berbagai acara kebudayaan yang dihelat oleh Pemerintah Kota Surakarta.

4. Pecinan Magelang

Kawasan Chinatown di Jawa Tengah berikutnya adalah Kampung Pecinan di Kota Magelang. Kawasan ini berada sekitar 10 kilometer dari Candi Borobudur.

Mengutip situs Humas Kota Magelang, kawasan Pecinan menjadi area utama hunian warga keturunan China, sekaligus pusat perekonomian. Dahulu, pemerintah Kolonial Belanda menerapkan tata kota sesuai kawasan hunian berbasis ras. Mereka membagi penduduk menjadi tiga ras, yakni golongan warga Eropa, Asia Timur (Arab dan Tionghoa), dan pribumi.

Warga Eropa dulunya ditempatkan di bagian barat kota yang memang memiliki kontur sesuai dengan kondisi Eropa, agak berada di ketinggian. Sedangkan warga Tionghoa ditempatkan di selatan alun-alun, dan warga Arab berada di sisi barat alun-alun.

Sepanjang kawasan Pecinan Magelang masih banyak ditemukan bangunan yang mempertahankan gaya arsitektur awal 1900-an.

5. Pecinan Pekalongan

Kampung pecinan lainnya di Jawa Tengah adalah Kampung Pecinan Pekalongan. Kampung ini dulunya merupakan tempat bermukim para pedagang asal Tionghoa yang datang ke Pekalongan.

Para pedagang Tionghoa itu mengangkut barang-barangnya dari pelabuhan ke jantung kota Pekalongan untuk dijajakan pada rakyat pribumi. Tempat biasa para pedagang Tionghoa mangkal di Pekalongan bernama Sampangan, atau sekarang kita kenal dengan sebutan Jalan Blimbing.

Awalnya para pedagang Tionghoa tidak langsung bermukim di tempat tersebut. Mereka hanya menjadikan daerah Sampangan sebagai wilayah transit untuk menyimpan dan menjajakan barang dagangannya. Namun seiring dengan perkembangan zaman, para pedagang Tionghoa mulai kerasan memilih tinggal dan menetap di sana.

Pada puncaknya banyak warga Tionghoa yang berasal dari Hokkian tinggal di daerah Sampangan pada awal abad ke-18 masehi. Bahkan mereka membangun kelenteng (tempat ibadah Konghucu) dan melakukan pemugaran pada tahun 1885.



Baru pada tahun 1917 orang-orang pribumi menyebut daerah Sampangan sebagai pusat berkumpulnya orang Tionghoa di Pekalongan dengan sebutan Pecinan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya