Jateng
Jumat, 15 September 2023 - 16:00 WIB

Ini 5 Makam Wali di Semarang, Destinasi Wisata Religi di Kota Lumpia

Anselma Ivana Ayu  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi makam Ki Ageng Pandanaran di Semarang. (Instagram)

Solopos.com, SEMARANG — Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), selain memiliki tempat wisata bersejarah, juga memiliki destinasi wisata religi. Banyak makam para wali yang dimakamkan di Kota Semarang juga memiliki destinasi yang kaya akan spiritual dan keagamaan. Berikut lima makam wali atau tokoh penyebar agama Islam di Kota Semarang.

Berziarah ke makam para wali yang berjasa dalam menyebarkan Islam, bisa memperkaya wawasan akan kekayaan sejarah dan nilai-nilai spiritual.Namun, di semarang ada beberapa makam yang diyakini tertua dan juga selalu didatangi peziarah.

Advertisement

Berikut makam para wali di semarang seperti dilansir dari berbagai sumber:

1. Makam Syekh Jumadil Kubro

Advertisement

1. Makam Syekh Jumadil Kubro

Terdapat banyak versi tentang keberadaan lokasi makam Syekh Jumadil Kubro. Ada yang mengatakan di antara Tambak dan Daerah Turboyo, Semarang.

Kontroversi keberadaan makam ini terjadi karena Syekh Jumadil Kubro pernah bertapa di Bergota Semarang. Ada juga yang mengatakan makam beliau ada di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Desa Turgu di kaki gunung Kawatsu. Namun kebanyakan mempercayai jika makam Syekh Jumadil Kubro berada di kompleks pemakaman terletak di Jl. Yos Sudarso No. 1 Terboyo Kulon, Kecamatan Genuk, Semarang.

Advertisement

2. Makam Habib Muhammad Ba’abud

Habib Muhammad bin Abdullah bin Husein Ba’abud diyakini sebagai waliyullah yang memiliki banyak karamah di masa hidupnya. Makam Habib Muhammad Ba’abud termasuk salah satu makam kuno di Semarang bagian utara. Beliau adalah seorang keturunan Rasulullah SAW yang dipastikan hidup di Kelurahan Dadapsari sekitar tahun 1700-an M dan wafat di tanggal 21 Ramadhan 1212 Hijriyah yang bertepatan tanggal 9 Maret tahun 1798 M. Beliau dimakamkan di area Mushola Nurul Karomah kampung Kalicilik Pace bersama Syarifah Alawiyyah.

3. Makam Ki Ageng Pandanaran

Advertisement

Ki Ageng Pandanaran (Ki Ageng Pandan Arang) adalah Adipati pertama Semarang dan tanggal diangkatnya beliau sebagai adipati dijadikan hari jadi Kota Semarang. Ki Ageng Pandanaran lantas dianggap sebagai pelopor berdirinya Kota Semarang.

Meskipun Ki ageng Pandanaran hidup dalam masa yang sama dengan para Wali Sanga, namun beliau tidak termasuk ke dalamnya. Beliau mendirikan pesantren dan menyiarkan agama Islam di wilayah yang semakin subur itu. Di sela kesuburan itu terdapat pohon asam yang jarang (bahasa Jawa : asem arang ) yang lantas wilayah itu diberi nama Semarang.

Ki Ageng Pandanaran meninggal pada tahun 1496. Makam Ki Ageng Pandanaran berada di Jl. Mugas Dalam II / 4 kelurahan Randusari Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.

Advertisement

4. Makam Habib Toha Bin Yahya (Mbah Kramat Depok)

Mbah Depok sebenarnya merupakan ulama bernama asli Habib Thoha bin Muhammad bin Yahya. Memiliki andil besar terhadap penyebaraan agama Islam di Semarang, tokoh yang kemudian terkenal dengan sebutan Mbah Depok ini juga turut serta dalam melawan penjajahan Belanda dan Portugis bersama pasukan Kerajaan Mataram.

Kendati Mbah Depok telah wafat sedari 1799, namanya masih harum dan diabadikan sebagai nama jalan di Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.

Makam Mbah Depok yang berada persis di tengah kota dan dikelilingi pusat pertokoan enggak pernah sepi oleh peziarah setiap harinya. Berada di Jalan Depok, Semarang, Jawa Tengah, beliau juga merupakan menantu dari Hamengkubuwono (HB I) dan ayahanda dari Habib Hasan Bin Toha.

5. Makam Kiai Sholeh Darat

Kiai Sholeh Darat adalah seorang ulama besar yang memiliki banyak gelar, antara lain al-alim, al-allamah, al-habib Syekh Muhammad Sholeh As-samarane al-jawiya Syafi’i.

Beliau merupakan seorang ulama kelahiran yang berasal dari Jepara, tepatnya di Dusun Kedung Jemblong, Desa Ngroto, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara.

Beberapa murid terkenal beliau termasuk Raden Ajeng Kartini, KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, dan lain-lain. Beliau meninggal di Semarang tahun 1903. Mbah Kyai Sholeh Darat dimakamkan di Pemakaman Umum Bergota Randusari, Semarang, bersama dengan makam Sunan Pandanaran Semarang atau Ki Ageng Pandanaran.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif