SOLOPOS.COM - Bangunan Hotel Dibya Puri di Jl. Pemuda, Semarang, tengah direnovasi, Minggu (20/10/2019). (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

Solopos.com, SEMARANG — Kota Semarang di Jawa Tengah (Jateng) memang dikenal memiliki sederet hotel yang cukup megah. Meski demikian, di Semarang ada beberapa hotel yang menyandang predikat tertua, baik yang masih beroperasi maupun yang sudah tidak atau terbengkalai.

Dua hotel tertua di Semarang itu yakni Hotel Inna Dibya Puri dan Hotel Candi. Meski demikian, keduanya memiliki nasib berbeda saat ini. Hotel Candi Baru masih beroperasi hingga saat ini, berbeda dengan Hotel Inna Dibya Puri yang kini terbengkalai meskipun memiliki catatan sejarah yang cukup panjang.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Dibangun pada tahun 1847, Hotel Inna Dibya Puri dulunya pada zaman kolonial Belanda bernama DU Paviliun. Tetapi karena tidak terawat, akhirnya hotel tertua di Semarang ini tidak lagi beroperasi.

Sejarah perkembangan Kota Semarang tidak hanya berhenti di Kota Lama dan Lawang Sewu. Tetapi juga ada beberapa kawasan yang memiliki bangunan bersejarah dan masih berdiri. Salah satunya Hotel Inna Dibya Puri ini. Di masa kolonial, hotel itu pernah menyandang predikat sebagai hotel termewah di Kota Semarang dan bernama “Du Pavillion”.

Dilansir dari beberapa sumber, hotel ini dibangun pada tahun 1847. Hotel Inna Dibya Puri sebelumnya merupakan vila dua lantai yang kemudian disewa sebagai losmen dan kemudian diubah menjadi hotel bernama Du Pavillon. Hotel ini juga direnovasi besar-besaran pada tahun 1913 untuk menyambut tamu yang menghadiri Tentoonstelling tahun 1914. Dari bentuk bangunannya, Hotel Inna Dibya Puri mengadopsi gaya arsitektur Eropa klasik.

Menurut beberapa sumber, RA Kartini pun juga pernah menuliskan cacatan tentang hotel tertua di Semarang ini dalam Een Gouverneur Generalsdag. Dituliskan, saat itu RA Kartini bersama saudaranya pergi ke Semarang dan menceritakan pengalaman tentang ketakjubannya saat melihat dan menginap di hotel tersebut.

Bak Negeri Dongeng

Menurut RA Kartini, gapura kehormatan yang bermandikan lampu cahaya di Hotel Du Pavillon itu tampak seperti pemandangan dalam dongeng tentang kota ajaib. Dengan letak hotel yang sangat stategis, berada di pusat kota Semarang, tidak mengherankan jika para pejabat di masa lalu sering mengunjungi hotel ini untuk menginap selama bekerja di Kota Semarang.

Hotel ini sering digunakan oleh para bangsawan Belanda, dan Presiden pertama Indonesia, Sukarno beserta keluarganya dan Presiden kedua Indonesia, Soeharto juga pernah menginap di sana.

Tetapi pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, sekitar tahun 1945, keindahan hotel ini pernah sirna oleh konstelasi politik nasional yang terjadi di Kota Semarang. Apalagi saat hotel itu menjadi tempat pertempuran antara para pejuang kemerdeaan Indonesia dengan para tentara Belanda. Kala itu, masa revolusi fisik pemuda Semarang terlibat baku tembak dengan para penjajah dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang. Akibat pertempuran itu, beberapa bagian bangunan seperti dinding dan jendela mengalami kerusakan.

Setelah perang tersebut, hotel ini sering berganti-ganti tangan pengelola. Mulai dari Pemerintah Kota Semarang, Departemen Perhubungan dan Departemen Parawisata. Hingga tahun 1976 diambil alih sepenuhnya oleh Departemen Keuangan yang bermitra dengan PT Natour, yang mengelola hotel ini. Setelahnya bergantilah nama Du Pavillon menjadi Inna Dibya Puri. Setelah berganti nama, hotel masih berfungsi sebagai tempat penginapan. Tetapi tahun 2006-an, hotel dan lahannya informasinya telah dilelangkan dan dibeli pihak swasta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya