SOLOPOS.COM - Para mahasiswa Undip Semarang yang menemukan Alas Pary diklaim dapat cegah tindihan saat tidur. (JIBI/Semarangpos.com/Istimewa)

Inovasi teknologi berupa Alas Pary karya lima mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang diklaim dapat cegah tindihan saat tidur.

Semarangpos.com, SEMARANG – Inovasi teknologi yang dilakoni lima mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang mebghasilkan electromedic baru pencegah lumpuh tidur atau yang sering disebut dengan tindihan (sleep paralysis).

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Electromedic baru bikinan para mahasiswa yang tergabung dalam progam kreativitas mahasiswa (PKM) itu berupa alarm otomatis pencegah sleep paralysis yang diberi nama Alas Pary, akronim dari alarm anti sleep paralysis. Alat ini bekerja dengan basis vibarating arduino.Inline image 1.

Kelima mahasiswa Undip Semarang pembuat Alas Pary itu adalah Satria Indra Nugraha (Fakultas Teknik Elektro),  Zahrotul Mahmudati, Hafidzoh Najwati, Zakiyah Islamiyati O.P,  dan Oktaviana Warits Putri Pratama dari Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Menurut Satria Indra Nugraha, ide gagasan membuat Alas Pary berangkat dari keprihatinan terhadap semakin tingginya tuntunan ketersediaan alat kesehatan yang aman, bermutu, dan bermanfaat. Pasalnya, berdasarkan data Kementerian Kesehatan alat kesehatan yang beredar di Indonesia sekitar 90% adalah produk Impor.

“Sedangkan perusahaan di Indonesia yang memproduksi alat-alat electromedic masih sedikit, sehingga kami bernisiatif membuat membuat alat electromedic alarm anti sleep paralysis,” katanya.

Dia menjelaskan cara kerja Alas Pary menggunakan tiga komponen utama yaitu optocoupler, central processing unit (CPU), dan vibrator. Alas Pary akan membangunkan penderita sleep paralysis dengan menggunakan vibrator melaui tiga tahap, yaitu input, proses, dan output.

Tahap input, sensor optocoupler melakukan pembacaan bpm dan mengirimkan hasil pembacaan melalui radio frequency transmitter ke CPU yang kemudian hasil pembacaan bpm. Apabila hasilnya bpm di atas batas, maka CPU mengirim sinyal listrik untuk mengaktifkan vibrator. “Pada tahap output yaitu  vibrator menerima sinyal pengaktifan untuk membangunkan penderita sleep paralysis dengan rangsangan fisik berupa getaran,” ujar Satria.

Zahrotul menambahkan  Alas Pary turut membantu perkembangan electromedic untuk mengatasi salah satu masalah kesehatan di Indonesia yaitu tindihan (sleep paralysis) sehingga dapat terhindar dari kejadian fatal, yakni kematian. “Kejadian sleep paralysis atau tindihan mengindikasikan terjadinya penyakit tertentu, semisal asma atau penyakit jantung kronis. Saat mengalami sleep paralysis, jika tidak dapat mengontrol keadaan mereka akan menyebabkan kematian,” ungkap dia.

Lima mahasiswa ini dalam mencipatakan alat Alas Pary di bawah bimbingan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip, Baju Widjasena. Alas Pary telah dipublikasikan dalam proceeding seminar nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja pada 23 April 2016.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya