SOLOPOS.COM - Ilustrasi polisi menjaga gereja (JIBI/Solopos/Dok.)

Insiden Tolikara dicegah menular ke Magelang dengan menempatkan polisi di gereja-gereja.

Kanalsemarang.com, MAGELANG — Kepolisian Resor Magelang Kota, Jawa Tengah, mengerahkan anggotanya menjada 29 gereja di kota tersebut. Setiap gereja di Magelang kini dijaga setidaknya seorang polisi.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Kapolres Magelang Kota, AKBP Edi Purwanto, di Magelang, Senin (27/7/2015), mengatakan hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Yang ia khawatirkan adalah menularnya insiden Tolikara tabf berbuntut dengan masjid di Papua dibakar, beberapa waktu lalu, ke wilayah yang merupakan tanggung jawabnya.

“Kejadian hampir serupa terjadi di daerah terdekat dengan Kota Magelang sehingga patut diwaspadai. Di Purworejo dan Bantul sudah muncul letupan-letupan konflik berbau SARA sehingga kita tetangganya harus mengantisipasi agar tidak terjadi,” katanya dalam pertemuan Forum Komunikasi Antarumat Beragama (FKUB) di aula Mapolresta.

Cegah Balas Dendam
Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito, Ketua DPRD Kota Magelang Endi Darmawan, Dandim 0705/Magelang Letkol Arm I Made Gede Antara, Kepala Kantor Kemenag Kota Magelang Suroso, dan sejumlah tokoh masyarakat serta tokoh agama.

Edi mengatakan, pantauan ke gereja-gereja sudah dilakukan sejak terjadinya insiden Tolikara yang berbuntut dengan masjid di Papua dibakar. Pihaknya tidak ingin ada gerakan bersifat balas dendam terjadi di Kota Magelang sehingga sejumlah polisi disebar untuk mengamankan gereja-gereja yang ada.

“Paling tidak satu anggota kami aktif patroli ke gereja, terutama malam hari. Tugasnya selain memantau, juga mendata apa saja yang ada di gereja, seperti pengurus, keamanan, barang-barang, dan lain sebagainya. Paling penting, anggota mengenal siapa keamanan di gereja itu,” katanya.

Aliran Radikal Terendus
Ia menuturkan selama ini kondisi di Kota Magelang aman dan kondusif. Tidak ada ancaman yang diterima gereja dari pihak mana pun, meskipun pihaknya mengendus ada gejala aliran radikal yang muncul.

“Gejala aliran radikal ada, karena itu kami sangat waspada dan terus mengantisipasi dengan berbagai cara. Batas waktu penempatan personel di gereja sampai dipandang perlu untuk ditarik. Sampai sekarang masih berlaku,” katanya.

Ia mengatakan dalam FKUB ini mengajak segenap elemen masyarakat untuk menjaga kondusifitas daerah dan mencegah menularnya insiden Tolikara yang berbuntut dengan masjid di Papua dibakar itu. “Kita perlu terus jalin komunikasi dan saling empati sehingga tidak terjadi gesekan yang memunculkan konflik SARA,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya