SOLOPOS.COM - Pekerja di rumah produksi Dwi Djaya di Sentra Pengrajin Kerupuk Rambak Kulit Kerbau Penanggulan-Pegandon, tengah mengemas kerupuk rambak untuk kebutuhan oleh-oleh selama momen Ramadan dan Lebaran, Sabtu (13/4/2024). (Solopos.com/Adhik Kurniawan).

Solopos.com, KENDAL – Muh Tadi, terlihat duduk di lantai di rumah produksi Dwi Djaya di Sentra Pengrajin Kerupuk Rambak Kulit Kerbau, Desa Penanggulan, Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah (Jateng).

Pria berusia 60 tahun itu ternyata sedang mengemas kerupuk rambak yang sudah selesai diolah oleh 13 pekerjanya.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Kala Solopos.com berkunjung, suasana di halaman depan atau ruang dapur penggorengan terasa sepanas terik matahari pada Sabtu (13/4/2024) siang.

Uap penggorengan dari tiga wajan terlihat akibat terpapar pancaran matahari yang masuk melalui sela-sela atap rumah.

Terlihat di seberang Muh Tadi duduk, terbentang potongan-potongan kulit sapi dan kerbau yang selesai dijemur. Potongan-potongan itu berbentuk persegi bewarna hitam.

Potongan-potongan kulit kering itu kemudian diambil oleh salah seorang pekerja untuk dimasukan dalam panci guna digrabahi. Seusai digrabahi sekitar 3 menit, kulit-kulit kering itu kemudian diambil dan digoreng di panci lainya.

Tak sampai 2 menit, kulit-kulit kering itu kemudian mengembang dan membesar hingga menjadi kerupuk rambak siap makan.

Pekerja lain kemudian memindahkannya ke keranjang anyaman untuk ditaburi bumbu berupa campuran bawang goreng dan garam.

Kerupuk rambak sapi dan kerbau itu kemudian di kemas dalam kardus ukuran 250 gram dan 500 gram. Kardus-kardus tersebut tampak tertata rapi setinggi 1 meter di dalam rumah produksi sebelum akhirnya diambil dan dipasarkan ke berbagai pelosok negeri.

“Kalau hari biasa cuma sekali produksi. Tapi kalau Ramadan seperti ini, bisa tiga kali produksi, dan satu kalinya [produksi] bisa sampai 60 kg [kerupuk rambak sapi dan kerbau],” kata Muh Tadi saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu.

Dari 60 kg tersebut, lanjut Muh Tadi, selama Ramadan rumah produksi Dwi Djaya bisa mengemas sampai 900 dus kerupuk rambak sapi dan kerbau.

Ratusan dus itu kemudian ada yang diambil oleh pemilik toko oleh-oleh dan diantaranya dikirim langsung ke Jakarta, Surabaya, Sulawesi dan Kalimantan.

“Iya, dipesan dan kirim buat oleh-oleh saudara. Ada juga yang minta dikirim ke luar negeri, seperti Jepang, China, Malaysia, Bruney, terus Thailand,” sambungnya.

Sementara dari segi proses, Muh Tadi menceritakan bila pengeringan kulit sapi dan kerbau yang memakan waktu lama, yakni mencapai sepekan.

Sedangkan bila sudah kering, hanya tinggal digoreng dan tak sampai lima menit kulit sapi dan kerbaunya sudah menjadi kerupuk rambak.

“Dari dikuliti dulu, dicuci, terus dikeringkan, kerok bulunya, rebus, kemudian potong-potong, dijemur 3 hari, dibumbui lagi, jemur lagi 12 jam, nah rentetan proses ini bisa sepekan. Kalau gorengnya cepat, terus tinggal dibumbui bawang goreng sama garam, sudah selesai siap kemas,” terangnya.

Muh tadi memiliki 13 pekerja Dengan kemampuan produksi di hari biasa rumah ingga 300 kardus per hari. Adapun harga yang dipatot untuk kemasan kerupuk rambak 250 gram Rp38.000 dan 500 gram Rp76.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya