Jateng
Kamis, 14 Agustus 2014 - 17:55 WIB

JALUR SELATAN JATENG : Macet di Jalur Penghubung, Sebagian Bus Libur

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ilustrasi kemacetan . (JIBI/Solopos/Antara/Adeng Bustomi)

Kanalsemarang.com, PURWOKERTO – Sebagian angkutan umum di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, khususnya bus antarkota dalam provinsi (AKDP) dan antarkota antarprovinsi (AKAP) tidak beroperasi akibat kemacetan di jalan penghubung jalur selatan dengan jalur pantura.

Advertisement

“Kemacetan tersebut terjadi akibat adanya pengalihan arus lalu lintas dari jalur pantura ke jalur selatan,” kata salah seorang sopir bus AKDP jurusan Purwokerto-Bumiayu, Hartono,48, seperti dikutip Antara, Kamis (14/8/2014).

Menurut dia, kemacetan tersebut mengakibatkan waktu tempuh dari Purwokerto ke Bumiayu yang biasanya hanya dua jam molor menjadi lebih dari lima jam.

Oleh karena itu, kata dia, banyak angkutan umum yang tidak beroperasi akibat kemacetan di jalan penghubung jalur selatan dengan jalur pantura Jateng yang didominasi kendaraan-kendaraan berat.

Advertisement

“Saya lebih baik tidak beroperasi daripada merugi. Saya berharap pemerintah dapat segera melakukan upaya agar kondisi lalu lintas di jalan penghubung jalur selatan dengan jalur pantura tersebut seperti sebelum Jembatan Comal rusak,” katanya.

Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis Terminal Bus Bulu Pitu Purwokerto Hadi Suharto mengakui bahwa banyak bus AKDP dan AKAP yang tidak beroperasi terutama jurusan Purwokerto-Bumiayu dan Purwokerto-Tegal akibat kemacetan di jalan penghubung jalur selatan dengan jalur pantura Jateng.

Dia mencontohkan bus jurusan Purwokerto-Tegal yang biasanya bisa beroperasi empat kali dalam satu hari, saat ini hanya satu kali sehari.

Advertisement

“Waktu tempuh Purwokerto-Tegal yang biasanya sekitar tiga jam, kini bisa mencapai delapan jam. Bahkan, waktu tempuh Purwokerto-Jakarta yang biasanya sekitar 10 jam, kini bisa mencapai dua hari,” katanya.

Menurut dia, kondisi tersebut mengakibatkan banyak bus yang tidak beroperasi agar tidak merugi karena jika tetap beroperasi, kebutuhan bahan bakar meningkat sehingga biaya operasionalnya membengkak.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif