Jateng
Jumat, 16 Juni 2023 - 16:47 WIB

Jangan Ditiru! Tak Diberi Uang, Remaja di Banyumas Bakar Rumah Nenek

Newswire  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Remaja atau ABG asal Banyumas yang membakar rumah nenek angkatnya saat menjalani pemeriksaan di Mapolresta Banyumas, Jumat (16/6/2023). (Solopos.com-Antara/Polresta Banyumas)

Solopos.com, BANYUMAS — Seorang remaja di Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), berinisial SR, 16, nekat membakar rumah nenek angkatnya. Perbuatan itu dilakukan SR karena marah permintaannya berupa uang Rp6 juta kepada nenek angkatnya, N, tidak dituruti.

Kasatreskrim Polresta Banyumas, Kompol Agus Supriadi Siswanto, mengatakan SR telah diamankan polisi karena nekat membakar rumah nenek angkatnya berinisial N, warga Grumbul Cirangkong, Desa Kedungurang, Kecamatan Gumelar, Banyumas, Selasa (13/6/2023).

Advertisement

Sebelum perbuatan itu dilakukan, SR diketahui meminta uang kepada N sebesar Rp6 juta untuk membeli gawai dan ongkos ke Kalimantan. Bahkan, SR mengancam akan merusak rumah N jika permintaannya tidak dipenuhi.

“Oleh karena kesal tidak diberi uang, SR membakar kasur kapuk dan akhirnya rumah milik N yang terbuat dari bahan kalsiboard beserta isinya ludes terbakar,” kata Agus, Jumat (16/6/2023).

Kasatreskrim Polresta Banyumas itu menambahkan, SR diketahui tinggal bersama N sejak masih duduk di bangku kelas 2 SD hingga kelas 2 MTs. Sedangkan ibu kandung SR tinggal di Karawang, Jawa Barat (Jabar), dan hinggi kini tidak pernah pulang ataupun berkomunikasi.

Advertisement

Akibat perbuatannya itu, remaja tanggung atau ABG asal Banyumas itu pun terancam hukuman 12 tahaun penjara sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 187 KUHP.

Tes Kejiwaan

Kendati demikian, Polresta Banyumas juga akan berkoordinasi dengan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Purwokerto terkait penanganan remaja yang membakar rumah milik nenek angkatnya di Banyumaas itu. “Kami berencana melakukan tes kejiwaan terhadap pelaku berinisial SR. Namun kami terlebih dulu akan berkoordinasi dengan Bapas untuk meminta rekomendasi terkait pemeriksaan psikologis,” katanya.

Sementara itu, sosiolog Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Tri Wahyuningsih, menilai anak-anak sekarang dibesarkan dalam lingkungan yang sangat kompleks. “Artinya, anak itu sekarang tidak melihat dari apa-apa yang ada di keluarganya dan lingkungan sekitarnya, tetapi mereka juga melihat dari apa yang ada di media sosial, di internet,” ujarnya.

Advertisement

Ketika terhubung dengan dunia semacam itu, kata dia, anak-anak dihadapkan dengan berbagai masalah dan kemudian muncul-muncul figur baru yang menjadi teladan bagi mereka, terutama dari media sosial yang menghadirkan sesuatu serba glamor.

“Hal itu mengakibatkan mentalitas anak menjadi labil dan minder, misalnya beranggapan jika ingin diterima di lingkungannya harus memiliki sesuatu yang sama seperti teman-temannya,” ujar Tri.

Dalam hal ini, kata dia, ketika anak-anak yang lain memegang gawai, sedangkan anak tersebut tidak punya, yang bersangkutan merasa minder dan lingkungan juga tidak ramah saat melihat situasi itu. Menurut dia, hal tersebut menjadikan anak itu kurang dalam kematangan berpikir ataupun emosionalnya, sehingga kalau meminta sesuatu selalu memaksa atau harus dipenuhi tanpa memahami bagaimana kondisi keluarganya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif