SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras impor. (Freepik)

Solopos.com, SEMARANG — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) mendatangkan sekitar 58.000 ton beras impor untuk menstabilkan harga pangan dan memenuhi ketersediaan pangan di wilayahnya. Kendati demikian, hadirnya beras impor itu justru membuat petani resah karena masa panen raya segera tiba pada akhir Maret hingga April nanti.

Wakil Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jateng, Hardiono, mengaku resah dengan langkah yang diambil pemerintah itu. Menurutnya, impor beras yang bersamaan dengan masa panen raya akan membuat harga beras dari petani turun drastis.

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

“Tentu [impor jelang panen raya] berpengaruh terhadap hasil petani yang kian hari harganya kian turun,” kata Hardiono kepada Solopos.com, Selasa (5/3/2024).

Apalagi, lanjut Hardiono, kondisi saat ini harga padi atau gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sudah berada di angka Rp6.500-Rp6.900 per kg. Harga itu turun dibandingkan pada awal Januari lalu yang berada di kisaran Rp8.000 per kg.

“Dan ini belum tahu kedepanya bakal turun berapa banyak lagi,” akunya.

Para petani pun berharap dengan adanya beras impor menjelang panen raya tak membuat harga gabah dari petahi anjlok. Selain itu, petani berharap pemerintah turut andil dengan membeli padi dari petani untuk tetap menjaga harga gabah di pasaran.

“Karena seperti yang sudah-sudah, ketika panen raya sudah dipastikan harga jatuh. Apalagi ini ditambah impor. Mestinya Bulog atau pemerintah hadir membeli gabah petani sehingga harga tidak terkoreksi,” harapnya.

Pengamat

Senada disampaikan pengamat ekonomi dari Universitas Muhamadiyah Semarang (Unimus), Hardiwinoto, yang menilai hadirnya beras impor akan membuat harga beras dari petani anjlok. Ia pun menilai Pemprov Jateng terlambat dalam melakukan impor untuk mengantisipasi lonjakan harga beras menjelang Ramadan dan Lebaran.

“Harusnya kalau niat stabilitas harga, itu kan beras datang kemarin pas banjir besar [di Grobogan dan Demak]. Kalau memang niatnya stabilkan harga, impor harusnya tepat waktu. Tapi, kalau jelang panen raya ya malah bikin hancur harga beras, tentunya yang paling terdampak ya petani,” ujar Hardiwinoto.

Sebelumnya, Pemprov Jateng mengeklaim kondisi stok beras di Gudang Bulog menjelang Ramadan dan Lebaran aman. Meski pun sejumlah daerah lumbung padi Jateng mengalami penurunan produksi, salah satunya diakibatkan bencana banjir. Hal itu dikarenakan jatah impor beras yang sebelumnya dipesan pemerintah pusat sudah tiba di wilayah Jateng untuk menambah suplay akibat gagal panen dan puso.

“Stok beras di gudang-gudang kami [Bulog Jateng] ada 80.000 ton. Ditambah saat ini juga ada proses bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Mas sebanyak 38.000 ton. Ada lagi kapal yang masih perjalanan membawa 20.000 ton. Jadi total nanti ada 138.000 ton. Stok sebanyak itu saya kiraa cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat Ramadan dan Idulfitri,” ujar Pemimpin Wilayah Bulog Jateng, Akhmad Kholisun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya