SOLOPOS.COM - Ilustrasi tentang energi baru dan terbarukan. (kemangoro.id)

Solopos.com, SEMARANG — Program Desa Mandiri Energi di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) yang digagas sejak tahun 2016 terus berkembang secara progresif. Hingga 2023 ini, di Jateng sudah tercatat 2.369 desa mandiri energi.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Boedya Dharmawan, mengatakan desa mandiri energi dikategorikan menjadi tiga kelompok berdasarkan pemanfaatan, pengelolaan, dan pendanaannya. Desa mandiri energi kategori mapan berjumlah 26 desa, berkembang mencapai 158 desa, dan inisiatif sebanyak 2.180 desa.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

“Kami komitmen ke arah sana [mandiri energi], perubahan energi fosil menuju energi terbarukan. Desa mandiri energi juga dalam rangka mewujudkan kedaulatan energi, jadi lebih mengandalkan potensi lokal. Kami sadari betul bahwa potensi lokal harus digali, diidentifikasi, dan dikembangkan,” ungkap Boedya kepada wartawan, Minggu (9/7/2023).

ESDM Jateng pun mendorong masyarakat menggunakan energi terbarukan agar desa mandiri energi dapat menjadi pintu transisi dari energi fosil ke sumber energi yang ramah lingkungan.

Energi fosil ramah lingkungan yang dimaksud meliputi pembangkit listrik tenaga surya, hidro, panas bumi, sampah, serta pemanfaatan energi non-listrik, seperti biodiesel, biogas, biomasa, dan gas rawa (biogenic shallow gas).

Lebih jauh, adapun sumber energi yang dimanfaatkan di desa mandiri energi berbasis pada potensi lokal di masing-masing daerah. Misalnya energi terbarukan berupa gas rawa (biogenic shallow gas) yang digunakan oleh masyarakat di wilayah Sragen, Karanganyar, dan Banjarnegara.

“Kalau biogas tersebar merata, meskipun enggak semua kabupaten ada, tapi rata-rata banyaklah. Soalnya kan ternak, paling banyak Kabupaten Semarang, seperti Getasan. Kalau pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) energi listrik berdasarkan air, kami kembangkan berdasarkan debit aliran air,” terangnya.

Tak hanya sampai di situ, ada juga energi yang memanfaatkan tenaga surya atau PLTS. Energi tersebut tengah dikembangkan secara masif dengan cara dipasang di atas rumah-rumah warga.

ESDM Jateng pun mencontohkan penggunaan energi terbarukan di Dusun Kalipondok, Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Masyarakat di sana memanfaatkan aliran air dari Telaga Pucung untuk pembangkit listrik. Bahkan masyarakat menolak aliran listrik dari PLN.

“Saat ini ada desa yang enggak mau listrik PLN karena sudah nyaman menggunakan itu [PLTMH]. Itu dikelola masyarakatnya, kelembagaannya juga dibuat. PLN mau masuk, sementara mereka enggak mau. Itu PLTMH di Cilongok, Banyumas sudah enggak mau listrik [dari PLN],” bebernya.

Dalam menggagas desa mandiri energi, Dinas ESDM Jateng menerjunkan petugas pendamping yang menjadi ujung tombak. Pihaknya optimistis, dalam waktu dekat desa mandiri energi di Jateng terus bertambah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya