SOLOPOS.COM - Letnan Jenderal Gatot Soebroto dalam acara pelantikan prajurit TNI di akhir tahun 1950-an. (Istimewa/Twitter @mazzini_gsp)

Solopos.com, BANYUMASGatot Soebroto, nama yang diabadikan menjadi nama jalan di tengah hiruk-pikuk perkotaan Indonesia dan menjadi nama Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat di DKI Jakarta ini adalah nama milik seorang tokoh pejuang militer Indonesia yang menghiasi lembaran sejarah perjuangan bangsa.

Gatot Soebroto lahir di sebuah desa di Jatilawang, Banyumas pada tanggal 10 Oktober 1909. Semasa kecilnya, Gatot Soebroto dikenal dengan jiwa kepemimpinan, teguh pendirian, dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari skripsi yang berjudul Peranan Kolonel Gatot Subroto pada Masa Darurat Militer di Surakarta Tahun 1947-1950 karya Yanuar Ridho N.A.Y.P pada Selasa (15/8/2023), Gatot Soebroto sempat mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar pada zaman kolonial Belanda sebelum pada akhirnya dikeluarkan dari ELS.

Gatot Soebroto dikeluarkan dari sekolah dasar yang menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantarnya dikarenakan berkelahi dengan seorang anak Belanda yang menghina pribumi.

Kemudian, Gatot Soebroto melanjutkan pendidikannya di Hollands Inlandse School (HIS) sekolah yang diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki latar belakang keturunan asli bangsa Indonesia. Setamatnya dari pendidikan formalnya, Gatot Soebroto memilih untuk menjadi pegawai dan tidak melanjutkan pendidikannnya ke jenjang lebih tinggi.

Pada tahun 1923, Gatot Soebroto mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke sekolah militer di Magelang dan meninggalkan pekerjaannya sebagai pegawai. Setelah menamatkan pendidikannya, Ia menjadi anggota Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL). Ia ditugaskan sebagai sersan II di Padang Panjang selama lima tahun, sebelum pada akhirnya ia melanjutkan pendidikannya.

Di masa kependudukan Jepang, Gatot Soebroto bergabung dan menamatkan pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang kemudian diangkat menjadi komandan kompi di Sumpyuh, Banyumas.

Sebelum pada akhirnya menjadi komandan batalyon. Meskipun tergabung ke dalam KNIL dan PETA, Gatot Soebroto tetap memiliki jiwa kebangsaan yang tinggi, Ia sering memihak dan membantu rakyat kecil.

Barulah setelah proklamasi digaungkan, Gatot Soebroto bersama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) mengamankan wilayah Purwokerto dan diangkat menjadi Panglima divisi II Purwokerto. Pertempuran demi pertempuran pun dijalani oleh Gatot Soebroto.

Ia telah banyak membantu dalam pertempuran Ambarawa, agresi militer I, hingga pada tahun 1948 ketika terjadi peristiwa di Madiun yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI). Ia membawahi TKR dalam mengadakan operasi militer demi mengembalikan stabilitas keamanan.

Gatot Soebroto menghembuskan napas terakhirnya pada 11 Juni 1962 dengan jabatan Letnan Jenderal. Atas dedikasi dan pengabdiannya dalam dunia militer, Gatot Soebroto menyandang pangkat Jenderal Anumerta Gatot Soebroto dan melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 283 pada 18 Juni 1962, Ia diberi gelar Pahlawan Nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya