SOLOPOS.COM - Bangunan utama Masjid At-Taqwa, Dusun Kauman, Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, yang masih dipertahankan sejak ratusan tahun lalu, Rabu (20/3/2024). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN – Sebagai wilayah yang sudah berusia 503 tahun, banyak peninggalan peradaban terdahulu yang ada di Kabupaten Semarang. Salah satunya adalah peninggalan masjid-masjid kuno yang tersebar di wilayah Kabupaten Semarang.

Satu diantara yang masjid bersejarah yang menarik adalah Masjid At-Taqwa yang berada di Dusun Kauman, Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

Promosi BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun, ke Depan Lebih Fokus Hadapi Tantangan Domestik

Sekilas, tampak bangunan bagian depan masjid yang biasa disebut Masjid Kauman Gogodalem itu seperti masjid pada umumnya.

Namun jika masuk ke dalam, akan terlihat nuansa klasik masjid khas jaman Kerajaan Demak. Desain joglo dengan empat soko guru (tiang) dari balok kayu jati utuh menjadi ciri khas masjid era zaman Kerajaan Demak.

Kepala Dusun Kauman, Nasiruddin mengatakan, pihaknya belum mengetahui secara pasti tahun pembangunan masjid At-Taqwa. Sebab tidak ada penanda tahun dibangunnya masjid tersebut.

“Tapi dari cerita secara turun-temurun masjid ini dibangun setelah jaman Kerajaan Demak. Karena yang bangun ini Mbah Wali Nitinegoro yang merupakan cucu Sunan Kalijaga,” terang Nasiruddin kepada Solopos.com, Rabu (20/3/2024).

Dulunya Masjid Kauman ini, kata Nasiruddin, digunakan sebagai tempat penyebaran agama Islam di wilayah Kabupaten Semarang, khususnya Kecamatan Bringin dan sekitarnya.

Tokoh yang menyebarkan agama Islam itu adalah Simbah Wali Nitinegoro, Simbah Jamaluddin, dan Simbah Marto Ngasono.

Jejak perjuangan penyebaran agama Islam itu masih terlihat dari bangunan utama masjid yang sengaja masih dipertahankan sejak dulu.

Di antaranya konsep soko guru empat dengan balok kayu jati tanpa sambungan, atap masjid yang juga dari balok jati utuh, dan pagar kayu masjid yang saat ini dipasang di atap.

“Dulunya pagarnya dari kayu jati juga. Tapi sekarang sudah ditembok dan kayunya dibuat eternit atap. Dulunya gentingnya juga dari sirap (genting kayu) seperti Masjid Agung Demak tapi kalau gentingnya sudah tidak tersisa,” kata Nasiruddin.

Selain itu, uniknya Masjid Kauman ini adalah di tengah-tengah bangunan ada tangga untuk naik ke atas atap.

Tangga dari kayu jati itu memang dari dulu letaknya berada di tengah bangunan masjid. Sebab dulunya digunakan untuk memanjat muazin untuk mengumandangkan adzan.

“Dari dulu posisi tangga begitu, (di tengah bangunan) tidak diubah. Sebelum ada speaker dulunya kalau adzan ya di atas itu, naik menggunakan tangga. Makanya atap itu dibuat dari kayu jati besar-besar,” beber Nasiruddin.

Bedug bersejarah di Masjid At-Taqwa, Dusun Kauman, Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, yang masih dipertahankan sejak ratusan tahun lalu, Rabu (20/3/2024). (Solopos.com/Hawin Alaina)

Peninggalan lain yang masih bertahan di Masjid At-Taqwa adalah bedug masjid. Oleh warga sekitar bedug tersebut dipercaya dibuat dari satu batang kayu jati yang dipotong menjadi tiga bagian.

“Bagian bonggolnya dibuat bedug masjid di Pringapus, bagian tengahnya ada di Masjid At-Taqwa ini, dan bagian ujungnya dibuat bedug Masjid di makam Sunan Kalijaga, Kadilangu, Demak,” ungkap Nasruddin.

Dengan sejarah yang panjang itu, lanjut Nasiruddin, masyarakat bertekad akan terus menjaga bangunan utama masjid. Jika ada renovasi pun tidak akan mengubah bagian bangunan yang memiliki nilai sejarah.

“Nilai sejarahnya kan banyak, jadi kita berusaha mempertahankan. Kita juga rawat terus agar tetap bertahan dan bisa menjadi warisan untuk generasi selanjutnya,” tandas Nasiruddin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya