SOLOPOS.COM - Sesaji yang diletakkan di meja altar di depan papan arwah atau sinci Gus Dur di Gedung Rasa Darma, Pecinan, Kota Semarang, Minggu (15/1/2023). (Solopos.com-Adhik Kurniawan)

Solopos.com, SEMARANG – Meja altar di Gedung Perkumpulan Sosial Boen Hian Tong atau Rasa Darma yang teletak di kawasan Pecinan, Kota Semarang, itu tampak penuh dengan berbagai makanan, mulai dari gorengan, ayam sambal kecombrang, rokok, hingga kopi. Sesaji itu diletakkan tepat di depan sebuah papan kayu atau yang juga dikenal dengan sinci, bertuliskan K.H. Abdurrahman Wahid atau yang populer disapa Gus Dur.

Setiap menjelang perayaan Imlek atau Tahun Baru China, altar Gus Dur yang berada di Gedung Rasa Darma, Pecinan Semarang, memang selalu dikunjungi orang. Mereka datang untuk berdoa sambil mempersemahkan sesaji di sinci milik Presiden ke-4 Republik Indonesia (RI) itu.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

Pantauan Solopos.com, Minggu (15/1/2022), tampak orang berdatangan ke altar itu untuk melakukan sembahyang Sin Cia yang dilakukan menjelang Tahun Baru Imlek.

Kepala Sekretariat Gedung Rasa Darma, Wen Shi Ling Ling, memulai ibadah pertama paada Minggu siang itu bersama dua warga Tionghoa lainnya. Ia menyalakan hio atau yang juga dikenal dengan yongsua.

“Sinci Gus Dur ini letaknya bersama sinci leluhur-leluhur atau tetua Rasa Dharma terdahulu. Secara prosesi sembayang di sini sama. Tapi ada yang membedakan di sajiannya. Ada yang khusus [sajian] untuk Gus Dur,” kata Cik Ling seusai sembahyang leluhur.

Sesaji khusus tersebut, terang Cik Ling, berupa rokok, gorengan tempe atau mendoan, dan kopi. Ketiga sajian khsuus itu merupakan makanan kesukaan Gus Dur semasa hidupnya.

“Kenapa dikatakan khusus, karena sajian ini kan harus mewakili 3 macam, yaitu udara, darat dan air. Udara berupa hidangan unggas [ayam], air diwakili bandeng, darat biasanya babi. Tapi karena ini Gusdur, babi kita ganti dengan daging kambing. Kemudian ditambah kesukaan beliau [Gus Dur], yakni kopi, rokok, dan gorengan. Kemudian ada tambahan ayam sambal kecombrang dan tumpeng,” jelasnya.

Penghormatan

Sementara itu, Perwakilan Perkumpulan Boen Hian Tong, Ulin Nuha, menyampaikan jasa Gus Dur sangat besar bagi etnis Tionghoa. Hal itulah yang membuat sinci Gus Dur diletakkan di Gedung Rasa Dharma sebagai simbol penghormatan sebagai leluhur atau ayah bagi warga Tionghoa di Pecinan Semarang.

“Gus Dur adalah Bapak Tionghoa. Jasanya sangat besar bagi kami. Ia memberikan perubahan bagi peradaban Tionghoa di Indonesia. Berkat Gus Dur, kami tak perlu lagi ‘kucing-kucingan’ untuk merayakan Imlek,” jelas Ulin.

Tak hanya sembahyang menjelang Imlek, lanjut Ulin, etnis Tionghoa juga melakukan ziarah ke makan Gus Dur di Jombang. Hal itu dilakukan guna napak tilas perjalanan Gus Dur dan sebagai pengingat atas jasa-jasanya.

“Ini sebagai pengingat bagi kami. Termasuk sajian-sajian khusus itu. Ini berarti menyajikan dan memberi makan kepada mereka yang telah meninggal. Ini hanya simbolis agar diingat atas jasa besar beliau,” tutur Ulin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya