SOLOPOS.COM - Perajin tumpi di Kampung Tumpi, Dusun Karangbolo, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, saat memproduksi tumpi untuk permintaan menjelang Lebaran, Senin (10/4/2023). (Solopos.com - Hawin Alaina)

Solopos.com, UNGARAN – Menjelang Lebaran 2023, permintaan makanan ringan untuk sajian di Hari Raya Idulfitri mengalami peningkatan. Seperti yang terjadi di Dusun Karangbolo, Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, yang selama ini dikenal sebagai kampung sentra penghasil makanan ringan tumpi.

Tumpi merupakan makanan ringan sejenis keripik. Ada aneka jenis tumpi mulai dari kacang hijau, kacang tanah, hingga udan rebon.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

Ketua UMKM Dusun Karangbolo, Mitwa Amir, mengatakan di dusunnya ada sekitar 280 kepala keluarga (KK) di mana sekitar 80 persen berprofesi sebagai perajin tumpi. Oleh karenanya, tak heran jika kampung tersebut kerap dijuluki kampung tumpi.

Mulai masuk bulan ramadan dan mendekati Lebaran, perajin tumpi di dusun itu seperti mendapatkan durian runtuh. Permintaan pasar mengalami kenaikan yang siginifikan.

“Kalau saat ini memang permintaan melonjak hingga dua kali lipat atau 200 persen dari hari-hari biasa,” terang Amir kepada Solopos.com Senin (10/4/2023).

Amir menyebut, ada banyak jenis makanan ringan yang diproduksi di Kampung Tumpi ini. Makanan ringan itu antara lain tumpi kacang hijau, tumpi kacang tanah, dan tumpi udang rebon.

Kemudian ada juga keripik bayam, keripik tempe, untug yuyu, widaran, keripik pare, dan masih banyak lagi yang bisa dipesan. Sekali menggoreng atau produksi, perajin biasanya bisa membuat lebih dari 100 kemasan.

“Untuk sekali menggoreng biasanya bisa untuk seratus hingga dua ratus kemasan, tergantung besar kecilnya kemasan serta permintaan pasar,” bebernya.

Amir mengaku untuk pemasaran tumpi ini saat ini sudah menjangkau sejumlah daerah, bahkan hingga ke luar Jawa seperti Kalimantan. Selain itu produk makanan ringan ini juga dipasarkan ke pusat oleh-oleh maupun tempat wisata yang ada di Kabupaten Semarang.

“Kalau keluar kota biasanya kita kirim sendiri, selain hemat juga untuk meminimalisasi kerusakan pada produk. Biasanya kalau dipaketkan sering rusak dan remuk ketika sampai di lokasi tujuan,” terangnya Amir.

Sementara untuk harga kemasan sedang tumpi dan aneka kripik, perajin rata-rata biasa mematok harga Rp10.000. Dikatakan Amir, saat ini ada 52 anggota UMKM yang ada di Dusun Karangbolo. Semuanya secara kompak maju bersama untuk memperkenalkan potensi yang ada di dusunnya, tanpa merasa saling bersaing.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya