Jateng
Kamis, 29 Desember 2022 - 20:28 WIB

Jualan Rokok Eceran Dilarang, Paguyuban Pedagang Pasar Semarang: Susahkan PKL

Adhik Kurniawan  /  Imam Yuda Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi rokok. (Dok. Solopos.com-Antara/Ari Bowo Sucipto)

Solopos.com, SEMARANG — Pedagang kaki lima (PKL) Kota Semarang menolak tegas rencana pemerintah yang akan melarang penjualan rokok batangan atau eceran. Menurut mereka hal itu bakal mematikan usaha pedagang kecil, terutama pedagang kaki lima di tengah pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19.

Hal itu disampaikan Ketua Bidang Advokasi dan Hukum Paguyuban Pedagang dan Jasa Pasar (PPJP) Kota Semarang, Zaenal Abidin Petir, kepada Solopos.com, Kamis (29/12/2022). Menurut Zaenal, penjualan rokok eceran tergolong laris di kalangan PKL. Namun, bila kebijakan itu benar-benar diterapkan, pendapatan pedagang kecil atau PKL bakal menurun drastis.

Advertisement

“Daya beli eceran itu identik dengan rakyat kecil. Mereka [rakyat kecil] jarang beli langsung bungkusan. Pasti ngecer di PKL. Kalau dilarang kasihan PKL, bakal kena dampaknya,” kata Zaenal.

Zaenal menerangkan, bila pembelian rokok eceran benar-benar diterapkan, PKL akan kehilangan salah satu pemasukan besarnya. Oleh karenanya, ia pun menilai kebijakan pelarangan rokok eceran dinilai sangat aneh dan tak berpihak kepada rakyat kecil.

“Mereka [PKL] bisa hidup ya salah satunya jualan itu [rokok eceran]. Ketika PKL dilarang berjualan seperti itu, ya sama saja mau membunuh rakyat kecil, membunuh PKL, kasihan nanti,” ujarnya.

Advertisement

Hal berbeda justru disampaikan Ketua Asosiasi Pelaku Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Jateng, Suwanto, yang menilai pedagang pasar tradisional tidak akan terlalu terdampak dengan kebijakan pelarangan penjualan rokok eceran. Menurutnya, segmen pembeli di pasar tradisional telah berubah ke anak milenial.

“Sebenarnya ini tergantung segmen pasarnya. Kalau kami pasar tradisional tidak terlalu berdampak. Karena pembelinya kebanyakan milenial, mereka belinya langsung bungkusan. Kalau batangan paling seperti petani, nelayan,” ujarnya.

Sementara itu, seorang konsumen rokok, Fajar Hermawan, 25, mengaku tak keberatan bila nantinya membeli rokok eceran benar-benar dilarang. Kendati demikian, ia tetap merasa keberatan dan berharap kebijakan tersebut tidak diterapkan.

Advertisement

“Kalau dibilang sering beli eceran sih enggak, tapi biasa beli. Soalnya kan kadang kita ingin merokok santai, satu atau dua batang sehari setelah makan atau beraktivitas. Biar irit juga menghindari beli bungkusan. Tapi bagaimana ya? Kalau dilarang enggak apa-apa, tapi harga bungkusan [rokok satu bungkus] jangan terlalu mahal,” harap Fajar.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif